Pilkada Serentak Tahun 2024

Menengok SDK dan Salim di Momentum Politik Sebelumnya

Wacana.info
SDK-Salim. (Foto/Istimewa)

MAMUJU--Suhardi Duka dan Salim S Mengga adalah dua nama yang oleh sebagian orang diisukan bakal sepaket di Pilkada Sulawesi Barat 2024 ini. Keduanya dikabarkan sedang berada di fase akhir menuju deklarasi sebagai bakal pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Barat.

Baik Suhardi Duka maupun Salim S Mengga merupakan dua figur penantang utama di Pilkada Sulawesi Barat tahun 2017 silam. Kala itu, SDK (sapaan akrab Suhardi Duka) berpasangan dengan mantan Bupati Majene, Kalma Katta. Sementara Salim S Mengga sepaket dengan Hasanuddin Masud.

Pada Pilkada Sulawesi Barat tahun 2017 yang digelar 15 Februari itu, baik SDK-Kalma maupun Salim-Hasan harus mengakui keunggulan pasangan Ali Baal Masdar dan Enny Anggraeni Anwar. Dalam catatan Wikipedia, Ali Baal-Enny berhasil meraih suara sebesar 244.763 atau 38,76 Persen, selisih sehelai dengan raihan suara SDK-Kalma yang menyentuh 240.010 (38 Persen). Sementara Salim-Hasan harus puas di angka 146.774 (23,24 Persen).

Bergeser ke momentum elektoral Pilkada Kabupaten Polman tahun 2018. Tak ingin menyerah, Salim S Mengga kembali mencoba peruntungan di Pilkada Polman dengan maju sebagai calon Bupati Polman menggandeng figur berlatarbelakang pengusaha, Marwan. Head to head dengan kandidat petahana, Andi Ibrahim Masdar yang sepaket dengan M. Natsir Rahmat, duet Salim-Marwan yang kala itu diusung oleh Demokrat, PPP dan NasDem itu harus takluk.

Salim-Marwan harus puas dengan perolehan suara 97.889 alias 44,65 Persen. Sementara Andi Ibrahim Masdar-M. Natsir Rahmat berhasil keluar sebagai pemenangan Pilkada Polman dengan raihan 121.328 suara (55,35 Persen).

Debat Publik Pilkada Sulbar Tahun 2017. (Foto/Manaf Harmay)

Selanjutnya, mari membaca trend perolehan suara dari kedua sosok itu di gelaran Pemilu 2019. Baik SDK maupun Salim S Mengga sama-sama ikut bertarung, berkontestasi dengan sejumlah nama lainnya di gelangga politik; Pemilu 2019.

SDK, nahkoda Demokrat Provinsi Sulawesi Barat itu menjadikan Pemilu 2019 sebagai momentum 'move on' setelah gagal di Pilkada 2017. Maju sebagai calon anggota DPR RI, peraih gelar doktor dari Universitas Arirlangga itu pun sukses memperoleh satu kursi di Senayan dengan perolehan suara 64.887. Ia bersama tiga nama lainnya (Arwan M. Aras, Ruskati Ali Baal dan Ratih Megasari Singgkarru) jadi wakil Sulawesi Barat di DPR RI untuk periode 2019-2024. 

Hasil yang diraih SDK di Pemilu 2019 itu berkebalikan dengan apa yang diperoleh Salim S Mengga. Jika SDK melenggang ke Senayan, Jenderal Purnawirawan bintang dua yang 'nyaleg' lewat partai NasDem itu harus puas dengan perolehan suara 22.171 yang berarti sosok kharismatik itu kembali harus gagal.

14 Februari 2024 yang lalu, hak konstitusional kita kembali disalurkan lewat momentum pemungutan suara bertajuk Pemilu. Semua dari kita baru saja memilih secara langsung siapa-siapa saja yang menjadi wakil kita di DPRD kabupaten, DPRD provinsi, DPD, DPR serta presiden dan wakil presiden. Di momentum itu, baik SDK maupun Salim S Mengga kembali mencoba peruntungan sebagai calon anggota DPR RI.

SDK lewat perahu Demokrat, sementara Salim S Mengga kali ini lewat Perindo. Di momentum tersebut, SDK sukses mempertahankan satu kursi DPR RI dengan perolehan suara 85.420, naik sekian ribu suara jilka dibandingkan dengan perolehan SDK di Pemilu 2019. Sementara Salim S Mengga dengan perolehan suara 8.648, turun cukup drastis jika dibandingkan dengan perolehan Salim S Mengga di Pemilu 2019 yang lalu.

Semua Sudah Dihitung

Bagi Demokrat Sulawesi Barat, sosok Salim S Mengga merupakan kepingan utama pelengkap potensi yang sudah dimiliki oleh SDK. Sukri Umar, ketua Badan Pemenangan Pemilu, DPD Demokrat Sulawesi Barat menilai, kekurangan yang ada di Salim S Mengga bakal ditutupi oleh SDK.

"Begitu pula sebaliknya. udah mencapai 95 persen. Kekurangan yg ada di Pak Salim itu akan ditutupi oleh SDK, begitu pula sebaliknya, SDK tentu saja bukan sosok yang sempurna secara politik, tapi itu juga akan ditutupi oleh Pak Salim. Keduanya punya banyak kesamaan. Chemistry-nya dapat. Dan itu diikuti oleh potret politik lewat mekanisme survei yang telah kami lakukan. Hasilnya, pasangan SDK-Salim ada di posisi teratas," urai Sukri Umar kepada WACANA.Info, Senin (22/07).

Kata Sukri, pasangan SDK-Salim sepaket di Pilkada Sulawesi Barat saat sudah 95 Persen. Seluruh dimensi politik tentang SDK, maupun Salim S Mengga, sambung Sukri, telah dihitung secara matang.

Sukri Umar. (Foto/Istimewa)

"Itu semua sudah kami potret. Termasuk jejak politik baik oleh SDK maupun dari Pak Salim. Kami pun optimis, syarat jumlah kursi untuk mengusung pasangan ini akan cukup. Prosesnya sekarang menyisakan beberapa persoalan teknis saja," sambung pria yang juga anggota DPRD Sulawesi Barat itu.

Baik SDK maupun Salim S Mengga, masih oleh Sukri, sama-sama punya semangat membangun daerah. Itu dibuktikan dengan kesiapan keduanya untuk keluar dari zoman nyamannya masing-masing untuk berbuat, berkontribusi bagi daerah. 

"Apalagi Pak Salim yang punya latar belakang militer. Sebagai seorang prajurit, beliau jelas punya semangat yang tinggi untuk mengabdi pada daerah, bangsa dan negara," Sukri Umar menutup.

Jangan Sampai jadi Bumerang

SDK tampaknya sadar betul, Polewali Mandar adalah lapangan politik yang belum mampu ia taklukkan. Besarnya jumlah pemilih di daerah itu jelas jadi pertimbangan utama SDK untuk menggandeng sosok Salim S Mengga.

Pengamat politik dari Lembaga Observasi Polica (LOPI) Sulawesi Barat, Muhammad Taufik Iksan berdamai dengan asumsi di atas. Meski begitu, ia menilai, sosok Salim S Mengga untuk konteks Pilkada Sulawesi Barat tahun 2024 ini tak lagi punya power. Value politik Salim S Mengga tak lagi se-menterang dulu.

"Sebab, sekarang ini, mayoritas pemilh kita itu sudah bergeser ke arah yang lebih pragmatis. Sementara Salim S Mengga selama ini kita tahu merupakan sosok yang jauh dari afiliasi itu. Jualan beliau selama ini ada pada idealisme," ujar Taufik Iksan.

Muhammad Taufik Iksan. (Foto/Istimewa)

Taufik Iksan yang pernah meneliti persaingan tiga klan politik utama di Polewali Mandar (Masdar, Mengga dan Manggabarani) itu menambahkan, menjual idealisme di kondisi masyarakat saat ini bukanlah pilihan bijak. Baginya, mesin dan strategi politik serta kekuatan finansial akan jadi kunci utama bagi siapa saja kandidat yang ingin sukses di Pilkada Sulawesi Barat.

"Pemilih garis keras Salim S Mengga selama ini berpotensi akan dikecewakan oleh keputusan Salim untuk berpaket dengan SDK. Apalagi jika mengambil posisi sebagai calon wakil gubernur. Saya melihatnya seperti itu. Pemilih yang selama ini masih menyimpan harapan pada idealisme yang diperjuangkan oleh Salim S Mengga bukan tidak mungkin bakal kecewa. Dan itu akan berakibat buruk pada suksei SDK yang secara personal punya modal politik di atas rata-rata," sambungnya.

Ketimbang dengan Salim S Mengga, Taufik lebih berpihak pada sejumlah figir potensial lain asal Polewali Mandar untuk dipaketkan dengan SDK. Ia menyebut, Prof Husain Syam atau sosok dari figur dari klan Singkarru yang belakangan terus dibincang publik.

"Meski saya tidak punya kapasitas untuk mengkomunikasikan itu semua. Hanya saja, besarnya potensi SDK untuk Pilkada Sulbar ini sayang jika dipasangkan dengan Salim S Mengga. Jangan sampai, opsi itu justru jadi bumerang bagi SDK atau dengan Demokrat," pungkas Muhammad Taufik Iksan. (*)