OPINI

Kolaborasi Kecerdasan Sejati dan Kesabaran yang Hakiki

Wacana.info
(Foto/Istimewa)

Oleh: Anwar Sadat (Sekretaris ICMI Sulawesi Barat)

Dibalik sebuah bentangan semesta, terdapat dua pohon yang tumbuh bersamaan, meski sering kali relasi keduanya tidak dipahami. Pertama, penulis menyebutnya sebagai pohon kecerdasan. Pohon ini tumbuh subur dalam alam penghayatan, cabang-cabangnya menjulang tinggi, dan daun-daunnya mengkilap memantulkan cahaya pengetahuan. Akar-akarnyai kokoh, menghunjam dalam lapisan-lapisan pemahaman, dan buah-buahnya adalah ide-ide cemerlang, serta solusi-solusi yang brilian. 

Namun, pesona dari pohon ini belum cukup memukau. Terkadang, angin kencang yang bernama masalah atau badai yang disebut kesulitan datang, menguji daya tahannya. Ranting-rantingnya bisa saja patah, daunnya bisa jatuh, dan buahnya bisa berguguran sebelum mencapai kematangan.

Di sebelahnya, tumbuh pohon kedua, penulis menyebutnya pohon kesabaran. Dari luar, pohon ini terlihat biasa saja. Tingginya tidak sebanding dengan pohon kecerdasan, daun-daunnya tidak semeriah tetangganya. Namun, yang membuat pohon kesabaran istimewa adalah ketahanannya yang luar biasa. Akar-akarnya mencengkeram tanah dengan kuat, menghadapi segala guncangan. Buah yang dihasilkan adalah ketenangan, keteguhan, dan kemampuan untuk bersabar hingga saat yang tepat tiba.

Rahasia yang sering diabaikan adalah, kecerdasan yang sesungguhnya adalah dasar bagi ketahanan. Saat kita memberi dukungan kepada pohon kecerdasan dengan aliran pengalaman dan cahaya pemikiran, akarnya semakin dalam dan menyadari bahwa alam semesta mempunyai irama tersendiri. 

Kecerdasan yang berkembang tidak bersikap sembarangan. Ia menyadari bahwa setiap persoalan memiliki berbagai sudut pandang, dan jawaban yang paling tepat kerap kali memerlukan waktu untuk dapat dirangkai, layaknya benang yang dikepang menjadi sebuah rajutan yang menawan.

Pada momen ini, pohon kesabaran menjelma menjadi Pohon kebijaksanaan, merendahkan cabangnya, bukan karena kalah, tetapi karena pemahaman yang super intens. Ia membungkuk, menyediakan perlindungan bagi pohon Ketahanan. 

Cabang-cabang pengetahuannya kini melindungi tunas-tunas ketenteraman. Hasil dari kebijaksanaan yang muncul tidak hanya berkisar pada kecepatan atau prestasi, tetapi juga pada ketepatan dan kematangan. Mereka tidak lagi terburu-buru untuk dipanen, melainkan dengan sabar menunggu hingga benar-benar matang dan siap untuk dinikmati.

Dengan demikian, kecerdasan yang tinggi tidak ditentukan oleh siapa yang paling cepat mendapatkan jawaban, tetapi siapa yang paling memahami kapan seharusnya bersabar hingga waktu yang tepat. 

Ini bukan mengenai sejauh mana kita melihat, tetapi mengenai seberapa mendalam kita mengerti bahwa setiap tahapan memerlukan waktu. Kecerdasan yang tinggi merupakan hasil dari ketahanan yang kuat, bukan sebagai dua hal yang terpisah, tetapi sebagai satu kesatuan yang saling mendukung. 

Ketika kedua elemen ini bersatu, mereka menciptakan sebuah hutan kebijaksanaan yang tidak dapat dikalahkan, kokoh dalam menghadapi tantangan, dan selalu memberikan hasil yang matang tepat pada waktunya.

Tumbuh dari fondasi yang serupa, kedua pohon ini mengajarkan pelajaran berharga mengenai siklus kehidupan. Pohon kecerdasan yang arogan dan tergesa-gesa, yang ingin segera menghasilkan buah tanpa meresapi waktu yang tepat, pada akhirnya akan mendapatkan buah yang asam dan tidak bermanfaat. 

Di sisi lain, kecerdasan yang dilengkapi dengan ketenangan akan berkembang seperti pohon yang mengamati perubahan musim. Ia mengetahui saat yang tepat untuk mengeluarkan daun, saatnya untuk mekar, serta waktu untuk menunggu buahnya mencapai kematangan yang sempurna. 
Kecerdasan seperti ini tidak memaksakan kehendaknya, tetapi menyesuaikan diri dengan ritme alam, menyadari bahwa ada kekuatan yang lebih besar di luar sekadar kecepatan.

Kecerdasan yang tinggi berfungsi sebagai kapten kapal, sementara kesabaran berperan sebagai layar. Seorang kapten yang terampil memahami tujuan perjalanannya, dilengkapi dengan peta dan kompas yang tepat.  Namun, tanpa layar yang tangguh, kapal tersebut tidak akan dapat berlayar. 

Kesabaran bertindak sebagai penggerak yang menangkap angin, yang memungkinkan kapal melaju ke depan, meskipun terkadang harus menghadapi gelombang yang besar dan badai yang menguji ketahanan. Tanpa adanya kesabaran, kecerdasan hanya akan menjadi suatu bentuk teori yang tidak terlaksana, sebuah rencana yang tidak terealisasi. Keduanya berkolaborasi, memastikan bahwa perjalanan berproses menuju tujuan dengan selamat dan penuh arti.

Pupuk pohon kesabaran dengan pengertian, penerimaan, dan keyakinan terhadap proses yang tengah berjalan. Izinkan keduanya berkembang secara bersamaan, memberikan perlindungan satu sama lain dan saling memperkuat. 

Ketika saatnya tiba, kita akan menuai hasil dari keduanya: hasil kecerdasan yang sudah siap dan memuaskan, serta hasil ketenangan yang menenangkan. Dan kita akan menyadari bahwa kecerdasan sejati bukanlah berkaitan dengan menjadi yang tercepat, melainkan menjadi yang terbaik di momen yang tepat. (*)

Wallau a’lam bis sawab

Rea Barat, 9 Agustus 2025