Upaya Menjadikan Mahasiswa jadi Corong Anti IRET

MAMUJU--Secara teoritik, sikap Intoleransi, Radikalisme, Ekstremisme, dan Rerorisme (IRET) bisa muncul karena beragam faktor. Dari ekonomi, pendidikan, atau agama.
Penyebabnya beragam dan bisa kumulatif, gabungan beberapa kondisi. Karenanya penanganannya termasuk bagaimana mencegahnya pun mesti dilakukan secara multi-perspektif. Salah satunya dengan melakukan sosialisasi kepada sejumlah lapisan masyarakat.
Berangkat dari hal tersebut, Ka Satgaswil Sulawesi Barat Densus 88 AT Polri, Soffan Ansyari bertemu dengan sejumlah perwakilan mahasiswa di salah satu cafe di Mamuju, Jumat (08/08). Di kesempatan itu, Soffan mensosialisasikan bahaya IRET kepada para agenda perubahan itu.
Kata Soffan, Sulawesi Barat boleh saja terlihat tenang dan damai. Meski keliru jika menjadikan asumsi itu sebagai dasar utama untuk mengatakan provinsi ke-33 ini tak menyimpan potensi IRET.
"Teman-teman mesti tahu, Sulbar ini merupakan daerah perlintasan, Sulsel-Sulbar-Sulteng. Potensi IRET itu ada dan cukup besar," kata Soffan.
Ia pun mengajak para mahasiswa untuk dapat lebih peka terjadap kondisi sosial di Sulawesi Barat. Beberapa hal yang mesti diantisipasi, kata Soffan, diantaranya mewaspadai kelompok intoleran, merasa eksklusif hingga menganggap kebenaran hanya datang dari kelompoknya saja.
"Yang lain salah. Hingga mereka yang secara terang-terangan berani mengkafirkan orang lain. Hal-hal seperti ini yang sebaiknya perlu diwaspadai," sambungnya.
Di Sulawesi Barat, Soffan mengungkap, sudah ada eks narapidana terorisme. Ada juga beberapa orang yang terdeteksi mantan anggota organisasi terlarang.
"Makanya kami mengajak agar teman-teman mahasiswa ini dapat menjadi corong anti IRET. Kami berharap, dengan sosialisasi seperti ini, kesadaran akan bahaya IRET dapat lebih membumi di Sulbar," pungkas Soffan Ansyari. (*/Naf)