Menanamkan Etika, Menghadirkan Nilai

Oleh: Manaf Harmay
Catatan dari Pelatihan Jurnalistik Siswa-siswi SMA Negeri 1 Mamuju
Bagi saya, tak ada teori baku tentang apa dan bagaimana karya jurnalistik yang berkualitas itu. Catatannya, ia mesti memenuhi, tunduk dan patuh pada standar serta prinsip-prinsip jurnalistik.
Tentang gambaran seputar standar dan prinsip-prinsip jurnalistik itu, semua dapat diakses di mesin pencari canggih yang kini sudah sama-sama dapat kita genggam. Bukan berarti poin di atas jadi sesuatu yang tak penting. Tapi bagi saya, hal yang jauh lebih urgen hari ini adalah tentang bagaimana menanamkan nilai serta etika dalam melakukan aktivitas jurnalistik dalam kehidupan sehari-hari.
Itu yang saya sampaikan di hadapan sejumlah siswa-siswi SMA Negeri 1 Mamuju yang hadir pada pelatihan jurnalistik yang diinisiasi pihak sekolah, Rabu (17/09) pagi. Di aula yang letaknya di lantai dua gedung perkantoran SMA Negeri 1 Mamuju, para peserta didik itu duduk rapi, berbanjar dua saf. Tampak serius menyimak materi (baca; lebih banyak sharing pengalaman) dari saya yang kebetulan lebih dulu menekuni profesi ini.
Secara umum, jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, menulis, dan menyebarkan informasi melalui media. Kiat dan tips untuk mengumpulkan, menulis, dan menyebarkan informasi itu kini dapat dengan mudah diperoleh.
Bersama Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Mamuju dan Patra Guru Pendamping. (Foto/Humas SMA Negeri 1 Mamuju)
Kepada para generasi muda itu, ada semacam harapan untuk tak sekadar melakoni sederet aktivitas yang normatif di atas. Saya memberi penekanan agar mereka mampu memberi nilai tambah pada setiap karya jurnalistiknya, menghadirkan makna, punya rasa edukasi dalam setiap informasi yang dijabarkannya.
Sebab bagi saya, jika hanya sekadar mempublikasikan satu informasi tertentu, ragam platform media sosial saat ini pun mampu melakukannya. Nah, di titik ini, saya hendak memberi penegasan bahwa karya jurnalistik yang baik adalah yang sarat makna. Menghadirkan value, sekaligus mendidik publik lewat karya yang dihasilkannya.
Akhirnya, apresiasi setinggi-tingginya patut dialamatkan ke pihak SMA Negeri 1 Mamuju yang telah membuka ruang kepada peserta didik untuk duduk bareng membincang 'sisi lain' dari dunia jurnalistik. Di tengah cepatnya arus lalu lintas informasi dewasa ini, bapak ibu para penentu kebijakan di salah satu sekolah favorit itu masih punya intensi untuk hal-hal yang menurut saya substansial ini. (*)