OPINI

Pertolongan Selalu Hadir di Ujung Batas Perjuangan

Wacana.info
(Foto/Istimewa)

Oleh: Anwar Sadat (Sekretaris Umum ICMI Sulawesi Barat)

Dalam luasnya hamparan semesta, tempat setiap individu meluapkan jiwa petualangannya dan setiap langkah memberikan jejak yang tercetak di dalam waktu, terdapat narasi abadi mengenai perjuangan dan harapan. Seperti seorang pelaut yang mengeksplorasi lautan terbuka, menghadapi gelombang tinggi dan badai yang dahsyat.

Manusia sering mendapati dirinya berada di posisi terendah, saat batas-batas harapan terasa semakin jauh dan layar cita-cita terhempas akibat tiupan angin putus asa. Namun, di titik itulah, di tepi kelelahan dan batasan, sering kali sinar Ilahi mulai menyapa. Menghalau kegelapan dan menyibak tirai baru yang dipenuhi dengan keajaiban.

Perjuangan. Pada dasarnya bukan sekadar serangkaian rintangan fisik atau mental; kedudukannya merupakan proses transformasi spiritual. Ia berfungsi sebagai api yang membakar segala noda, membentuk kepribadian, dan meneguhkan jiwa. Setiap tetes keringat yang tercurah, tiap air mata yang tumpah, dan setiap napas yang terengah-engah dalam harapan adalah benih yang ditaburkan di ladang takdir. 

Sering kali, saat malam yang paling gelap menyelimuti, ketika bintang-bintang enggan untuk muncul, dan bayangan keraguan mulai bergetar di dinding hati, di sanalah tangan tak kasat mata mulai merajut ketetapan-ketetapan yang baru. Seperti pohon yang akarnya menembus kekerasan batu demi mencari sumber kehidupan, perjuangan memaksa kita untuk menggali lebih dalam potensi diri, menemukan kekuatan yang selama ini tersembunyi di balik lapisan kenyamanan. 

Ia adalah pengajar yang paling keras, namun paling bijaksana. Membentang makna kesabaran, ketahanan, dan ketulusan. Dan ketika beban terasa tidak tertahankan, saat punggung terasa nyaris patah di bawah tumpukan ujian, sering kali suara bantuan terdengar samar, seperti embun pagi yang menyegarkan daun-daun yang layu.

Dalam kisah hidup manusia, sering kali bantuan Ilahi tidak muncul sebagai mukjizat menakjubkan, seperti lautan yang terbelah atau makanan yang turun dari langit, atau api terasa sejuk seperti kisah para Nabi. Meski hal itu mungkin saja terjadi.
 
Untuk kelas kita, kadang ia hadir dalam bentuk yang lebih lembut, tetapi tetap luar biasa; sebuah gagasan brilian yang tiba-tiba muncul saat mengalami kebuntuan, seseorang yang tak terduga datang mengulurkan tangan, pintu yang sebelumnya tertutup rapat tiba-tiba terbuka, atau hanya ketenangan yang meresap setelah badai emosi menyesakkan dada. 

Ini adalah untaian benang yang berkilau. Ditenun dengan rapi dalam permadani kehidupan, menghubungkan setiap potongan penderitaan dengan harapan kebahagiaan.

Paradigma ini bukan sekadar pelipur lara. Ia merupakan cerminan dari hukum semesta yang lebih agung. Dimana setiap usaha yang tulus, setiap doa yang dipanjatkan, dan setiap pengorbanan yang dilakukan tidak akan pernah sia-sia. 

Layaknya petani yang menunggu hasil panen setelah bekerja keras di ladang, atau pelari maraton yang melihat garis akhir setelah menempuh ribuan kilometer, kita pun akan melihat mekar bunga mawar merekah setelah melewati pasir gurun kekeringan.

Pada akhirnya, kisah tentang pertolongan Allah di ujung perjuangan adalah sebuah simfoni harapan yang tak pernah padam. Ia mengingatkan kita bahwa kita tidak pernah sendirian dalam menapaki jalan yang terjal. 

Ada kekuatan yang lebih besar, sebuah tangan yang membimbing, dan sebuah cahaya yang menanti di balik cakrawala tergelap. Oleh karena itu, marilah kita terus berlayar, terus menggali, dan terus melangkah, karena di setiap perjuangan yang tulus, di setiap tetes keringat yang tumpah, tersembunyi janji fajar yang akan selalu merekah. Membawa serta pertolongan dari Sang Maha Kasih.

Wallahu a’lam 

Rea barat, Sabtu 2 Agustus 2025