Manakarra Film Festival Tahun 2024

MFF 2024 Hadirkan Kurator dan Juri yang Kompeten

Wacana.info
(Foto/Instagram Manakarra Film Festival)

MAMUJU--Komunitas sinematografi lokal, Pitu Sinema resmi mengumumkan deretan nama yang bakal menjadi kurator dan juri pada gelaran Manakarra Film Festival (MFF) tahun 2024. Tiga nama didaulat sebagai kurator, tiga lainnya dipercaya sebagai juri.

Sadly Asis menerangkan, enam nama yang ditunjuk menjadi kurator dan juri MFF 2024 merupakan figur yang telah malang melintang di dunia perfilman lokal maupun nasional, bahkan internasional. Sadly berharap, kurator serta juri yang punya kompetensi itu bakal memberi garansi kualitas tinggi pada pelaksanaan MFF 2024.

"Mereka yang dipercayakan baik sebagai kurator maupun sebagai juri adalah nama-nama yang sudah kaya akan pengalaman. Kapasitasnya di dunia perfilman sudah tidak diragukan lagi. Kami berharap, nama-nama itu akan jadi jaminan kualitas dari pelaksanaan event ini," tutur Sadly Asis, direktur Pitu Sinema; inisiator MFF 2024.

Berikut profil singkat kurator dan juri yang disiapkan di ajang MFF 2024.

A. Kurator:
    1. Zhaddam Aldhy Nurdin


Sutradara film dan produser. Pendiri Waesinema, sebuah rumah produksi film independen yang bertempat di Makassar. Lulusan Makassar Seascreen Academy 2012 dan Institut Kesenian Makassar jurusan film dan televisi 2013.

    2. Vania Qanita Damayanti


Mahasiswa film di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Vania berasal dari Palu, Sulawesi Tengah, Vania mulai belajar film saat masih bersekolah di SMA. Pada tahun 2020, Vania membuat film pendek perdananya sebagai sutradara, kini filmnya tersedia di platform streaming. Beberapa karya-karyanya telah memenangkan penghargaan dan telah ditayangkan di festival film nasional dan internasional. Vania melanjutkan studi di bidang pembuatan film dan berkomitmen untuk menyikapi isu dan topik terkait dengan manajemen bencana.

    3. Ikhwan Wahid


Pegiat budaya sekaligus sutradara dan produser film. Filmnya pernah ikut di ajang festival film tingkat nasional. Ikhwan juga aktif dalam kegiatan perfilman seperti produksi, workshop dan eksebisi film di Sulawesi Barat.

B. Juri:
    1. Arfan Adhi Perdana


Praktisi perfilman, mengenal film dan ekosistemnya khususnya film pendek sejak 1999 di Kota Malang. Menginisiasi sebuah program dan kolektif eksibisi siar sinema pada tahun 2014. Sejak September 2023 menjadi sebuah institusi legal. Telah memproduseri beberapa film fiksi pendek, diantaranya 'Ghulam' (2021) dan 'Jangka kala' (2021). Film fiksi pendek 'Rencana' yang akan rilis publik di Tahun 2024. Pernah menjadi juri pada beberapa kompetisi film tingkat regional, nasional, dan asia. Diantaranya juri Gayaman Award Festival Film Solo 2011, dan Geber Award Jogja Netpac-Asia Film Festival 2011.

    2. Gorivana Ageza


Saat menempuh pendidikan di bangu kuliah, ia bergabung dengan Sinesofia, kelompok diskusi film fakultas filsafat Unpar. Pada tahun 2015, ia bersama teman-teman dari sejumlah kampus di Bandung mendirikan Bahasinema, komunitas yang berfokus pada ekshibisi dan kajian film. Sejak tahun 2019, ia menjadi salah satu programmer Jogja-NETPAC Asian Film Festival. la menjadi juri nominasi kategori film cerita pendek pada Festival Film Indonesia 2021-2023. Kini ia menjalani kesehariannya sebagai dosen prodi studi humanitas (Integrated Arts), fakultas filsafat Unpar, sembari mengelola Sinesofia.

    3. Ismail Basbeth


Pria asal Wonosobo, Jawa Tengah. Ia adalah seorang pembuat film otodidak, artis, penulis dan penyanyi-penulis lagu, alumni Berlinale Talent Campus di Jerman dan Asian Film Academy di Korea Selatan dimana ia memenangkan BFC & SHOCS Scholarship Fund. Sejak tahun 2005 berkecimpung di dunia perfilman kemudian memproduksi dan menyutradarai berbagai film pendek dan film layar lebar yang sempat disorot dalam berbagai festival film bergengsi nasional maupun internasional. Ia adalah produser dan salah satu pendiri Matta Cinema, sebuah rumah produksi alternatif yang berfokus pada produksi film artistik berbasis penonton dengan bekerja sama dengan sutradara unik dan kreatif untuk penonton global. Ia juga seorang produser, seniman, dan salah satu pendiri Bosan Berisik Lab, sebuah yayasan nirlaba, berupa laboratorium interdisipliner yang memberdayakan pembuat film, seniman, dan penulis muda untuk menciptakan karya kreatif dan eksperimental di berbagai media. Ruang Basbeth Bercerita adalah perusahaan penerbitan sekaligus ruang pribadinya dalam mengeksplorasi tulisan bebas, narasi dan penceritaan dalam konteks kegiatan sosial budaya sebagai seniman, pembuat film, penulis dan penyanyi-penulis lagu.

Penyelenggara MFF 2024 memberi deadline waktu hingga 1 Agustus 2024 untuk siapa saja yang hendak menyerahkan karya filmnya. Puncak event MFF 2024 sendiri baru akan digelar di September tahun 2024.

Manajer program MFF 2024, Muh Aswad Atjo menyebut, satu hal yang ingin dicapai dari pelaksanaan event tersebut adalah tentang bagaimana kultur serta kebudayaan lokal Mamuju dan Sulawesi Barat secara umum dapat menjadi wajah utamanya. Sekaligus menjadi poin pembeda dari event-event serupa yang sebelumnya telah digelar.

"Kami ingin memberi nuansa lokalitas yang kuat di MFF 2024. Setidaknya dengan begitu, event ini bisa jadi poin pembeda dari festival film yang telah digelar sebelum-sebelumnya. Sekaligus jadi cara kami untuk menjadikan Mamuju dan juga Sulbar secara umum sebagai sentrum perfilman khususnya di Indonesia bagian timur," begitu kata Muh Aswad Atjo. (*/Naf)