Polemik Lahan untuk Peternakan Sapi, DPRD Merasa Terkecoh

Wacana.info
Anggota DPRD Sulbar, Sukri Umar. (Foto/Net)

MAMUJU--DPRD Sulawesi Barat awalnya tak tahu menahu soal polemik lahan di desa Beroangin, Mapilli, Polman yang rencananya bakal dijadikan peternakan sapi oleh pemerintah provinsi. Anggota DPRD Sulawesi Barat, Sukri Umar bahkan mengaku, dirinya terkecoh atas persoalan tersebut.

Dihubungi, Sabtu (24/11), Sukri mengaku, awalnya ia dan beberapa anggota Komisi II DPRD Sulawesi Barat lainnya melakukan kunjungan kerja ke lahan yang dimaksud. Masalah baru muncul tatkala beberapa warga di lokasi tersebut tampak berjaga-jaga, bahkan ada yang melakukan sweeping.

"Jadi, kami itu tidak tahu kalau ternyata ada masalah di sana. Kami terkecoh. Sebab dalam kunjungan kerja kami ke lahan tersebut bersama OPD terkait, kami sama sekali tak mendapat informasi soal masalah yang ada. Nanti waktu kami tiba di lokasi, baru kelihatan. Ada banyak warga yang berjaga di lahan tersebut," ungkap Sukri kepada WACANA.Info.

Seperti diketahui, penggunaan lahan untuk program peternakan sapi tersebut rupanya menyisakan masalah tersendiri. Warga setempat dengan tegas menolak penggunaan lahan yang telah mereka manfaatkan sejak beberapa tahun terakhir.

Tawaran pemerintah provinsi yang akan mempekerjakan warga setempat di peternakan sapi itu pun ditolak warga. Berdasarkan keterangan Serikat Petani Polewali Mandar (SPPM), lahan untuk peternakan sapi tersebut merupakan milik warga yang jadi sumber utama kehidupan warga sekitar.

"Mestinya sejak awal, OPD mendiskusikan masalah ini ke DPRD. Ini harus ada solusi yang tepat dari pemerintah. Kami di DPRD kalau untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, tentu kami akan dukung. Tetapi jangan sampai program itu justru merugikan masyarakat kita sendiri. Ini harus ada jalan keluar yang baik, yang menguntungkan semua pihak," urai Sukri, politisi partai Demokrat itu.

Pemilihan lahan di desa Beroangim, Mapilli, Polman juga ditanggapi oleh Sukri. Di mata Sukri, lahan tersebut sangat tidak layak untuk dijadikan peternakan sapi. Apalagi, kata dia, jenis sapi yang rencananya akan didrop ke sana adalah sapi impor.

"Di sana itu lahannya tandus dinda. Bagaimana mungkin kita buka peternakan sapi di lahan yang tandus. Apalagi saya dengar, sapi yang akan didrop itu jenis sapi impor. Saya tahu persis, kalau sapi impor itu kebutuhan pakannya dua kali lipat dari sapi lokal. Tapi saya tidak tahu apa pertimbangannya, karena katanya lahan di Beroangin itu sudah dikaji kelayakannya," begitu kata Sukri Umar. (Naf/A)