Advertorial

DPRD Sulbar dan Pj Gubernur Safari Ramadan di Pasangkayu

Wacana.info
(Foto/Istimewa)

PASANGKAYU--Ketua DPRD Sulawesi Barat, Suraidah Suhardi bersama Pj. Gubernur Sulawesi Barat, Zudan Arif Fakrulloh berkesempatan untuk menghadiri agenda safari Ramadan di Pasangkayu, Rabu (13/03).

Rangkaian safari Ramadan di Pasangkayu hari itu dimulai dengan acara buka puasa bersama Pemkab Pasangkayu di Rujab Bupati Pasangkayu. Kemudian dilanjut dengan pelaksanaan safari ramadan di Masjid Cheng Hoo, Desa Randomayang, Kecamatan Bambalamotu, Pasangkayu.

Pada kesempatan itu, Suraidah menyampaikan, momen safari Ramadan sebagai ruang silaturahmi bagi masyarakat. Olehnya pemerintah bersama DPRD turut menyambangi sejumlah kabupaten sebagai bentuk silaturahmi antara provinsi dan kabupaten dalam memperkuat kolaborasi dan sinergitas dalam pembangunan.

Suraidah juga mengungkapkan terima kasihnya atas partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Pemilu 2024, sehingga Pileg dan Pilpres yang baru saja dilaksanakan berjalan aman dan damai. 

“Sebentar lagi kita akan memasuki tahapan Pilkada. Kerukunan serta silaturahmi tetap kita jaga dan kita pererat persaudaraan,” harap Suraidah.

Suraidah pun mengajak masyarakat agar memanfaatkan momentum bulan suci ini sebagai fase memperkuat keimanan serta memanjatkan doa untuk kemajuan Sulbar agar lebih baik dan dapat bersaing dengan daerah lain.

Sementara itu, Zudan Arif Fakrulloh mengajak para imam masjid untuk melanjutkan pendidikannya. Itu disampaikannya saat membawa materi pada acara seminar nasional yang dilaksanakan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT-DDI) di Aula Hotel Tri Sakti, Pasangkayu. 

"Jadi diajari metode cara mendidik, kalau bisa S1 imamnya ini luar biasa sekali. Apalagi biayanya sangat terjangkau di STIT-DDI ini," kata Zudan.

"Kita juga di Pemprov Sulbar menyiapkan beasiswa  yang sudah diatur dan bisa dipergunakan juga para iman masjid," bebernya.

Apalagi, kata Sestama BNPP itu, STIT-DDI sedang mengembangkan pendidikan multikultural.

"Jadi para Imam bisa melanjutkan pendidikannya di sini, apalagi berbasis multikultural dan bersedia menerima perbedaan serta keanekaragaman. Ini harus dikembangkan dalam model pendidikan di Indonesia. Jadi ini pendidikan yang dibangun STIT-DDI multikultural artinya bersedia menerima perbedaan dan hidup berdampingan yang saling berbeda," ugkap Prof Zudan. (*)