Hari Perempuan Internasional

Memaknai Embrace Equality dengan Nobar dan Diskusi

Wacana.info
Nobar dan Diskusi, Memperingati Hari Perempuan Internasional. (Foto/Pitu Sinema)

Laporan: Muhammad Akbar

MAMUJU--"Embrace equality atau merangkul kesetaraan. Kita merangkul kesetaraan itu dengan isu yang berbagai macam. Jangan lagi ada yang ditinggalkan di belakang. Jadi semua isu sebaiknya kita rangkul khususnya untuk masalah perempuan. Tidak ada lagi perempuan yang mendapatkan diskriminasi. Perempuan harus mendapatkan ruang yang setara dimanapun mereka berada,".

Hal itu sampaikan Direktur Yayasan Karampuang, Ija Syahruni saat ditemui di sela-sela agenda nonton bareng dan diskusi film tentang perjuangan perempuan yang digelar di Ngalo Rock cafe, Mamuju akhir pekan kemarin. Nonton bareng dan diskusi adalah cara Yayasan Karampuang berserta sejumlah komunitas dalam memperingati hari perempuan internasional tahun 2023.

Agenda tersebut dihadiri oleh puluhan orang. Mereka datang dari berbagai latar belakang. Dari mahasiswa, pegiat sosial, generasi muda, hingga dari kalangan difabel. 

Indo Upe, salah satu pembicara pada diskusi hari itu mengatakan, untuk meningkatkan peran perempuan di berbagai segmen kehidupan masyarakat berpangkal pada satu kunci utama, penguatan diri. 

Nobar Film Tentang Perjuangan Perempuan. (Foto/Pitu Sinema)

"Maka beruntunglah kalian yang punya kesempatan. Punya gelar mahasiswa, punya wadah dan kesempatan untuk belajar. Itu semua adalah bentuk-bentuk dari penguatan diri," kata Indo Upe di hadapan para peserta.

Indo Upe, Kepala Desa Kalepu, Kecamatan Tommo itu menambahkan, untuk terciptanya untuk mewujudkan prinsip kesetaraan itu, semua elemen kelompok masyarakat perlu dirangkul. Tentu tetap duduk pada kepentingan dan kebutuhan mereka masing-masing.

"Karena yang mengerti tentang perempuan adalah perempuan itu sendiri," begitu kata Ido Upe, satu dari tiga kepala desa perempuan yang ada di Kabupaten Mamuju itu. 

Sekadar informasi, selain Ija Syahruni dan Ido Upe, Direktur Pitu Sinema, Sadly Asis juga jadi salah satu pembicara pada agenda tersebut. Sadly lebih banyak menyinggung tentang betapa besar peran seorang perempuan di balik panjangnya proses pembuatan sebuah karya film. Bukti bahwa industri perfilman kini tak punya ketergantungan yang cukup besar pada peran-peran perempuan. (*/Naf)