Esensi Pilkada; Tak Sekadar Siapa Mendukung Siapa

MAMUJU--Kunjungan Komisioner KPU Mamuju dan pimpinan Bawaslu Mamuju ke Graha Pena beberapa waktu lalu meninggalkan satu pertanyaan besar. Direktur Utama Radar Sulbar, Naskah M Nabhan yang menerima kunjungan para penyelenggara Pemilukada tersebut sempat menyinggung tema untuk apa Pemilukada itu digelar.
"KPU dan Bawaslu dalam sejumlah kesempatan selalu mensosialisasikan bagaimana Pilkada itu digelar. Sementara pertanyaan tentang untuk apa Pilkada itu dilaksanakan, memang bukan ranah KPU dan Bawaslu untuk menjelaskan hal itu," begitu Naskah M Nabhan di sela-sela visit media yang dilakoni Komisioner KPU Mamuju dan pimpinan Bawaslu Mamuju hari itu.
Untuk apa Pilkada itu digelar jadi perntanyaan yang sederhana. Meski secara substansi, di sanalah pengejewantahan sebuah nilai demokrasi itu berada. Dewan pembina lembaga Esensi Sulawesi Barat, Syarifuddin Mandegar menilai, tujuan Pilkada tidak hanya sebetas memilih Kepada Daerah dan Wakil Kepala Daerah saja. Bukan pula hanya bicara soal siapa mendukung siapa. Lebih dari itu, pilkada merupakan etalase paradigma menyangkut basic fundamental kehidupan sosial kemasyarakatan.
"Nuansa Pilkada yang diwarnai dengan kontestasi elektoral sesungguhnya hanya berlangsung temporer. Sementara masa depan pendidikan, kesejahteraan, ekonomi dan kesehatan masyarakat akan menjadi tuntutan publik pasca Pilkada itu dilaksanakan," terang Syarifuddin Mandegar dalam sebuah diskusi di salah satu Warkop di Mamuju, Selasa (4/08).
Masih kata Starifuddin, arus popularitas politik yang begitu dominan telah merubah arah perpolitikan menjadi medium berburu eksistensi kekuasaan dengan mengandalkan sumber daya masyarakat sebagai arus utama elektoral. Popularitas politik telah mengambil alih sumber daya masyarakat sebagai kartel politik.
"Nah persoalan pelik seperti ini telah merubah mindset politik yang sejatinya sebagai rangkaian dari peradaban menjadi ajang unjuk popularitas. Sehingga mengabaikan substansi Pilkada yang sesungguhnya untuk melahirkan periodesasi kepemimpinan daerah yang diharapkah memberikan angin segar bagi masa depan di daerah tersebut," sambung mantan aktivis HMI ini.
Kian pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini, menurut Syarifuddin, mestinya dimanfaatkan secara maksimal oleh setiap pasangan calon. Menjadi ruang atau media adu gagasan soal visi-misi calon Kepala Daerah menyangkut persoalan-persoalan mendasar yang ada di masyarakat. Tapi ingat, ia wajib dijalankan secara bijak.
"Jadi tidak lagi kita disibukkan dengan saling intrik atau saling klaim elektoral. Tetapi informasi soal Pilkada benar-benar memberikan warna baru bahwa Pilkada bukan soal siapa yang terpilih. Tetapi soal bagaimana ia (Kepala Daerah) memimpin daerahnya," demikian Syarifuddin Mandegar. (*/Naf)