Tegang di Masa Tenang
MAMUJU--Masa tenang pelaksanaan kampanye untuk Pemilu 2019 bakal dimulai 14 April 2019 hingga pelaksanaan Pemilu 17 April 2019. Itu artinya, masa tenang menuju Pemilu bakal dimulai besok.
Masa tenang hendaknya dimanfaatkan oleh semua pihak untuk cooling down setelah lelahnya adu gagasan, adu konsep di sepanjang masa kampanye. Pertanyaannya, apakah di masa tenang ini, tensi politik jelang Pemilu benar-benar bisa teduh ?.
Dewan pembina lembaga Esensi Sulawesi Barat, Syarifuddi Mandegar menilai, justru di masa tenang ini lah bara politik akan semakin menyala. Menurutnya, potensi terjadinya prakrek haram cenderung terbuka lebara di masa tenang itu.
"Bukan berarti masa tenang ini tidak berpotensi dimanfaatkan untuk bagi-bagi money politic. Sebab politik sudah terlanjur ditampilkan dalam bentuk pragmatis," sebut Syarifuddin Mandegar, Sabtu (13/04).
Termasuk penyebaran informasi bohong alias hoaks yang disebut Syarifuddin Mandegar sangat mungkin terjadi di masa tenang. Apalagi, era media sosial yang kini sungguh sangat digdaya di tengah masyarakat.
"Soal hoaks dan saling hasut, saya kira masih akan tetap berlanjut. Era modern ini dimana aktivitas politik telah jauh merambah ke dunia maya, maka tidak menutup kemungkinan bahwa penyebaran hoaks, saling fitnah dan hasut akan terus berlanjut, bahkan di masa tenang sekalipun," beber mantan aktivis HmI itu.
Ia pun berharap, pengawas Pemilu, aparat kepolisian hingga masyarakat secara umum untuk dapat berperan aktif dalam hal menjaga kondusivitas khususunya di masa tenang jelang pelaksanaan Pemilu 2019.
"Pengawas Pemilu dan aparat penegak hukum harus bekerja ekstra untuk melakukan pengawasan dan pinandakan secara tegas bagi siapapun yang terindikasi melakukan politik uang dan pelaku penyebar hoaks," cetus Syarifuddin Mandegar.
Bukan perkara mudah memang menciptakan suasana tenang di masa tenang. Sebagai babak akhir dari tahapan demi tahapan pelaksanaan Pemilu, kemungkinan terjadinya kecurangan di masa tenang itu justru sangat mungkin terjadi.
"Pada dasarnya tidak dapat benar-benar disebut sebagai masa tenang. Sebab hari-hari menjelang hari H, apalagi pelaksanaan Pemilu kali ini bergerak serentak. Ini tidak mudah," urai mantan pengurus KNPI Sulawesi Barat, Nursalim Ismail.
Menurut Nursalim, baik Caleg, tim sukses, maupun masyarakat, seyogyanya benar-benar menjadikan Pemilu ini sebagai pesta yang benar-benar pesta. Di dalamnya terdapat kegembiraan yang tulus. Tanpa dilapisi oleh praktek kepalsuan, apalagi sampai melakukan tindakan kejahatan politik.
"Elit politik sebaiknya menahan diri untuk tidak melakukan praktek kecurangan. Sebaliknya, rakyat juga hendaknya mampu menjadikan Pemilu ini sebagai ajang pengadilan publik. Untuk menghakimi siapa figur yang benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyat," begitu kata Nursalim Ismail, pria yang juga sebagai pengajar di Stai Al Azhary Mamuju itu. (Naf/A)