Kaum Intelektual jadi Salah Satu Penyebab Kerusakan Lingkungan, Ini Penjelasannya

POLMAN--Eksploitasi alam serta maraknya kerusakan lingkungan tak terlepas dari peran kaum intelektual. Produk kebijakan yang cenderung berpihak ke pemodal cukup punya keterikatan yang kuat dari campur tangan kaum intelektual.
Hal tersebut jadi salah satu topik pembahasan dalam 'Ngaji Lingkungan' dengan menghadirkan Editor Islam Bergerak, Muhammad Al Fayyadl dan aktivis muda Nahdlatul Ulama Polman, Ali Mutohar di aula Kampus IAI DDI Polman, Kamis (13/12) kemarin.
"Tanah itu adalah konsep. Ruang hidup yang nantinya dikomodifikasi, atau di kuasai untuk nantinya jadi komoditi. Peran kaum intelektual dalam mengasistensi perampasan ini sangat besar. Kalau boleh lihat, siapa yang bikin Amdal perusahaan-perusahaan itu, siapa yang bikin grand desain daerah, RTRW kalau bukan kaum intelektual," terang Muhammad Al Fayyadl.
Pria yang akrab disapa Gus Fayyad itu menjelaskan, pada persoalan perampasan ruang hidup oleh para pemodal, hanya sedikit kaum intelektual yang mau terlibat untuk melawan kelakuan itu. Setidaknya, hal tersebut yang juga disampaikan mantan Ketua Tanfidziah Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Nahdlatul Ulama Prancis tersebut.
Di tempat yang sama, Ali Mutohar menyebut, tradisi yang menjadi syi'ar Islam sesungguhnya mengandung makna bagaimana alam dan manusia saling berkasih dan sayang.
Ia pun mencuriai asumsi yang dibangun oleh sejumlah golongan yang menganggap ritual tradisi dilarang oleh agama. Kata dia, asumsi itu dicurigai dititip oleh kalangan pemodal agar ekploitasi alam bisa dengan mudah dilakukan.
"Tradisi diajarkan oleh orang tua kita dulu, tidak lain dan tidak bukan untuk menghormati alam. Itu juga kita diajari bahwa tidak ada relasi kuasa antara alam dan manusia," beber Ali Mutohar.
Ali menambahkan, tradisi juga mengajarkan pemahaman jika di dunia ada makhluk selain manusia ciptaan Tuhan yang ikut mendiami alam dan ingin hidup.
"Ada hegemoni bahwa yang berhak hidup hanya manusia sehingga alam menjadi obyek untuk dikuasai sepenuhnya, seenaknya. Padahal ada makhluk-makhluk yang punya ruang juga untuk hidup," terang Ali Mutohar.
Untuk informasi, Ngaji Lingkungan sendiri digagas oleh Gusdurian Polman, LIAR Sulbar, Muda-Mudi Wonomulyo, Mustaldafin dengan tema Islam Progresif dan Peran Intelektual Dalam Perampasan Ruang Hidup. (Keto/B)