Melihat Pesan Politisi di Media Sosial, Efektifkah untuk Suksesi di Pemilu ?

Wacana.info
Ilustrasi. (Foto/Net)

MAMUJU--Aktivitas media sosial para politisi jelang perhelatan Pemilu 2019 semakin sibuk. Berbagai momen yang diunggah oleh para politisi di ragam platform media sosialnya kini cukup sering kita jumpai.

Ada yang sekedar unggah untuk kebutuhan eksistensi, tak sedikit pula politisi memanfaatkan media sosial sebagai sarana mensosialisasikan diri atau mencitrakan diri ke publik. Harapannya, apa lagi kalau bukan menggaet dukungan pemilih.

Suraidah Suhardi. (Foto/Manaf Harmay)

"Saya lebih sering di instgram. Karena menurut saya, jangkauannya lebih luas. Sengaja saya mengunggah aktivitas-aktivitas saya di Medsos biar masyarakat tahu bahwa saya ini benar-benar bekerja. Tidak hanya diam saja," kata Suraidah Suhardi, Caleg DPRD Sulawesi Barat dari partai Demokrat, Senin (26/11).

Perempuan yang juga Ketua DPRD Mamuju itu pun tak menampik jika setiap unggahannya di media sosial itu diharapakan mampu menggaet pemlih, utamanya kalangan generasi milenial yang di Pemilu 2019 nanti jumlahnya cukup besar.

"Saya juga manfaatkan Medsos sebagai sarana berkomunikasi dengan masyarakat. Tentu untuk menggaet pemilih milenial yang jumlahnya cukup besar di Pemilu 2019," politisi cantik itu menutup.

Tak bisa dipungkiri, pengaruh media sosial di era sekarang memang benar-benar 'ajaib'. Sebuah perubahan besar terjadi tak jarang dipicu oleh satu ciutan di media sosial saja. Ada banyak kasus yang membuktikan asumsi tersebut.

Kekuatan media sosial tersebut benar-benar dipahami oleh Muhammad Bakri Bestari. Ketua DPC PKB Mamuju itu menjelaskan, publik dewasa ini menjadikan informasi di media sosial sebagai salah satu referensi utama. Itu juga yang membuat Caleg DPRD Mamuju itu benar-benar memanfaatkan media sosial sebagai sarana berkampanye.

Muhammad Bakri Bestari. (Foto/Istimewa)

"Medsos hari ini adalah konsumsi wajib bagi sebagian masyarakat. Ada kecenderungan pengguna Medsos lebih memilih mengkonsumsi informasi dari Medsos dari pada media massa. Yang artinya, hampir semua postingan di medsos langsung ditelan bulat-bulat," ujar Bakri yang dihubungi via WhatsApp.

Ada juga politisi yang menjadikan media sosial sebagai forum konsolidasi internal. Itu yang dilakukan oleh Isra D Pramulya, calon Anggota DPD RI Dapil Sulawesi Barat. Kepada WACANA.Info, Isra mengaku memanfaatkan media sosial untuk menjaga api semangat militansi para simpatisannya.

Isra D Pramulya. (Foto/Manaf Harmay)

"Medsos itu, benar-benar saya manfaatkan untuk memompa semangat militansi para pendukung saya. Yah tentu juga diharapkan bisa menggaet pemilih mengambang, utamanya kalangan intelektual di wilayah perkotaan," sebut mantan sekretaris DPD Gerindra Sulawesi Barat itu.

Apa kata pengamat ?

Diperlukan riset tersendiri dengan menggunakan metodologi survei tertentu untuk mengukur pengaruh aktivitas Media Sosial bagi tingkat keterpilihan seorang politisi. Meski begitu, dewan pembina lembaga Esensi Sulawesi Barat, Udin Mandegar memberikan pandangannya terkait isu tersebut.

Menurut dia, para politisi hendaknya lebih berhati-hati dalam memainkan pencitraan di berbagai platform Media Sosial yang ada. Sebab, tak jarang, netizen hanya menjadikan unggahan-unggahan politisi itu sebagai sesuatu yang bersifat kesenangan semata.

Udin Mandegar. (Foto/Manaf Harmay)

"Sebab, tidak bisa juga dikatakan bahwa kampanye di Medsos itu akan berdampak langsung pada tingkat keterpilihan di hari H. Bisa kita perhatikan pengguna Medsos kita hari ini, tak jarang dari mereka sekedar menjadikan setiap unggahan itu sebagai sesuatu yang sifatnya senang-senang saja. Hanya lewat di lini masa, lalu dilike, terus dikomentari dengan komentar-komentar motivasi. Apa jaminannya di hari pencoblosan nanti, mereka akan memilih Caleg yang bersangkutan," beber Udin.

Untuk meningkatkan popularitas, Media Sosial mungkin bisa jadi sarana yang tepat. Urusan dipilih di 17 April 2019, tunggu dulu. Udin menyebut, komunikasi secara langsung dengan konstituen dengan masyarakat adalah jurus yang paling ampuh untuk mendulang dukungan di Pemilu mendatang.

"Politik itu kan komunikasi. Bukan di Medsos. Akan jauh lebih efektif jika politisi itu turun ke lapangan, bertemu langsung dengan masyarakat. Itu akan meninggalkan kesan postif di masyarakat. Bukan komunikasi dunia maya lewat Medsos," tutup Udin Mandegar, mantan aktivis HmI itu. (Naf/A)