Waspada... Paham Radikalisme Sasar Anak Sekolah

Wacana.info
Ilustrasi. (Foto/Riau Online)

MAMUJU--Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Barat mengingatkan pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk mewaspadai gelagat pengajaran bermuatan radikalisme yang mulai masuk ke sekolah-sekolah.

Hal itu disampaikan Sekretaris FKPT Sulawesi Barat, Ashari Rauf, kemarin.

Meski saat ini paham radikalisme belum secara langsung masuk ke sekolah-sekolah, namun bukan hal yang keliru jika kondisi tersebut diwaspadai oleh semua pihak, utamanya pemerintah.

"Di Sulbar mungkin belum kita deteksi. Tetapi di beberapa daerah, BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) justru mendeteksi gelagat pengajaran bermuatan radikalisme yang bertentangan dengan karakter Indonesia di berbagai daerah," kata Ashari.

Ia menyebut, penanaman paham bermuatan radikalisme dan terorisme sudah ke bangku sekolah sudang mulai terdetekdsi di kawasan Jawa Tengah, misalnya di Cilacap. Di luar Pulau Jawa, kasus bercorak serupa terjadi di Sumatera Utara.

"Itu hasil kajian dari BNPT. Sehingga tidak menutup kemungkinan hal ini bisa terjadi di Sulbar sendiri. Kita lihat juga di Depok sana, ada yang PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) saja sudah mulai seperti itu. Artinya, harus kita waspadai semuanya," sambungnya.

Kepada pemerintah, Ashari mengatakan, penting kiranya untuk lebih memaksimalkan peranannya utamanya dalam mencegah potensi-potensi pengajaran seperti itu.

"Makanya, pemerintah harus benar-benar berperan secara maksimal. Kalau tidak, ini membahayakan, sebab tentu kita tidak inginkan generasi kita radikal akibat doktrin yang terus digencarkan oleh kelompok berpaham radikal dan teroris ini," tegasnya.

"Memang, pelajaran etika karakter bangsa yang kini ditinggalkan, sekarang harus dimasukkan kembali dengan metodologi yang berubah. Bagaimana membangun empati anak-anak untuk mengerti bangsanya, soal kemajemukan, soal nasionalisme dan sebagainya," tutur Ashari.

Tak hanya di sekolah saja, aktivis PMII itu menyebut, arus informasi yang sedemikian bebasnya di jaringan internet juga perlu untuk disaring. Menurutnya, konsumsi arus informasi ini bisa berdampak bukan hanya kepada orang berpendidikan rendah, tapi juga bisa merasuk ke dalam diri orang berpendidikan tinggi.

"Khususnya masalah informasi, anak-anak kita, keluarga kita, sudah berseliweran informasi-informasi yang masuk. Tidak ada lagi ruang privat untuk kita, anak kita, keluarga kita semuanya," pungkas Ashari Rauf. (*/Naf)