Mengenal Abdul Rasyid, Sosok di Balik Pembangunan Sekolah dan Panti Asuhan di Simboro
MAMUJU--Miris. Kata itu bisa menggambarkan bagaimana kondisi bangunan sekolah Madrasah Ibtidaiyah Syahid Al Hidayah yang terletak di Jalan Pamombong, kecamatan Simboro, Mamuju.
Kasat mata dapat terlihat tiang penyangga bangunan yang terbuat dari batang pohon cengkeh, dengan atap dari rajutan daun rumbia. Dinding penghalang nyaris tak tampak. Yang ada hanya dinding pemisah sebagai penanda bahwa di sana ada ruang belajar.
Lantainya beralaskan tanah. JIka hujan turun, air dengan leluasanya masuk menggenangi ruang kelas.
Akses jalan menuju ke sekolah tersebut juga tak kalah parahnya. Untuk sampai ke sana, kita harus melalui jalan tanah penuh semak belukar. Sama sekali tak mengambarkan bahwa di jalan itu adalah akses ke tempat bagi generasi daerah dan bangsa ditempah untuk menjadi insan yang bakal melanjutkan peradaban.
Jalannya tak ubahnya seperti jika kita hendak ke kebun.
Adalah Abdul Rasyid, sosok yang berjuang mendirikan Madrasah Ibtidaiyah yang berada di lereng bukit tersebut. Ia memutuskan untuk menghibahkan dirinya demi anak-anak di wilayah Sese, Salupangi dan Simboro agar dapat mengenyam pendidikan.
Abdul Rasyid yang seorang pegawai di lingkup Kementrian Agama itu menyebut, perjuangannya untuk mengajak anak-anak sekolah hampir dikatakan menembus kemustahilan. Jika seorang murid tidak masuk sekolah, ia akan mengunjungi rumah anak tersebut untuk sekedar memastikan alasan hingga tak sekolah.
"Belumpi bangun orang tuanya, biasa saya datang tanya kenapa tidak ke sekolah anakta," ungkapnya, Senin (10/04).
Madrasah Ibtidaiyah Syahid Al Hidayah sendiri resmi berdiri di tahun 2012. Ia dibangun berkat bantuan dari donatur perseorangan maupun lembaga. Abdul Rasyid secara perlahan membangun sarana pendidikan dibantu beberapa guru non PNS. Kini tercatat, ada 131 anak yang mengenyam pendidikan di sekolah tersebut.
Ia tak pernah menyerah. Tekadnya sudah bulat untuk membangun tempat bagi anak-anak belajar, berbagi pengetahuan apalagi tentang agama Islam. Tak terhitung sudah pengorbanan materi yang ia korbankan.
"Murid-murid itu saya antar jemput pakai mobil. Karena kebetulan ada mobil operasional di panti asuhan,"ujarnya.
Bukan cuma mendirikan sekolah, Abdul Rasyid juga membangun panti asuhan khusus bagi anak terlantar.
"Selama anak-anak masih sanggup untuk belajar, saya akan tetap berjuang membangun sekolah ini," sebut Abdul Rasyid. (Keto/A)










