Syahrul ke Sulbar, Petani ‘Banjir’ Bantuan

Wacana.info
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo saat Melakoni Kunjungan Kerja di Mamuju. (Foto/Humas Pemprov Sulbar)

MAMUJU--Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo melakoni kunjungan kerja di kabupaten Mamuju, Sabtu (7/12). Kedatangan mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu menjadi berkah tersendiri bagi petani di Sulawesi Barat.

Menjadi berkah sebab Syahrul datang lengkap dengan ragam bantuan yang dibawanya. Dari 69 ton benih jagung, benih padi untuk 71 Ribu hektar sawah, power trasher lima unit, hand traktor roda empat tiga unit, roda dua 19 unit.

Termasuk paket asuransi untuk ternak sapi/kerbau 1,076 ekor, pompa air 13 unit, cultivator tujuh unit, corn sheller lima unit, bantuan ayam 800 Ribu ekor untuk lima kabupaten, serta pakan ayam sebanyak 2 Ribu ton diboyong Syahrul untuk petani di Sulawesi Barat.

Sehari di Sulawesi Barat, Syahrul berkesempatan melakukan tanam jagung bersama warga Mamuju pada areal replanting kelapa sawit di desa Sondoang, kecamatan Kalukku, Mamuju. Pada kesempatan itu, Syahrul turut didampingi Wakil Gubernur Sulawesi Barat, Enny Anggraeni Anwar, Ketua DPRD Sulawesi Barat, Suraidah Suhardi, Bupati Mamuju, Habsi Wahid.

Syahrul Yasin Limpo, Suraidah Suhardi dan Habsi Wahid di Mamuju. (Foto/Humas Pemkab Mamuju)

Hadir pula Dirjen tanaman pangan, Suwandi, Dirjen perkebunan, Kasdi Subagyo, Kepala Balitbangtan, Fadjri Jufri, Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil, Staf Ahli Menteri, Bambang, serta sejumlah pejabat daerah lainnya.

Pada kesempatan itu, Syahsul menegasakan, membangun pertanian membutuhkan kerja sama, perencanaan yang kuat serta akselerasi yang cepat dalam pelaksanaannya. Itu berlaku mulai dari hulu hingga hilir.

"Tidak boleh manja, kita harus kerja. Pertanian itu sangat menjanjikan. Bukan hanya kita bisa hidup darinya, tapi juga bisa membuat orang kaya. Sulbar pasti bisa," beber Syahrul Yasin Limpo.

Wakil Gubernur Sulawesi Barat, Enny Anggraeni Anwar menyebut, sektor pertanian di provinsi ke-33 ini menunjukkan trend positif. Kendati capaiannya masih di bawah rata-rata nasional.

"Dalam kurun waktu 2014-2017, produksi jagung naik. Rata-rata kenaikan sebesar 109,3 Persen per tahun. Sulbar juga berhasil mengembangkan Inseminasi Buatan (IB) pada tahun 2019, sebanyak 9,033 dari total 8,000 ekor", kata Enny.

Tunas dengan agenda di desa Sondoang, Syahrul yang politisi partai NasDem itu melanjutkan kunjungan kerjanya di desa Beru-Beru, Mamuju. Di sana ia melaksanakan kegiatan sosialisasi kostratani di aula SMK kakao.

Bupati Mamuju, Habsi Wahid mengapresiasi ragam bantuan yang diberikan Syahrul untuk tumnbuhkembang dunia pertania khususnya di Mamuju. Ia berharap, petani memiliki kesadaran untuk bisa memanfaatkan bantuan tersebut dengan baik. 

Habsi pun bakal mengkomunikasikan dengan Gubernur terkait program kostratani sehingga segera dapat diimplementasikan ke tingkat desa demi kesejahteraan masyarakat.

"Saya harapkan kepada seluruh petani memanfaatkan betul-betul bantuan yang di berikan oleh Bapak Menteri. Kalau itu bisa dimanfaatkan dengan baik, pasti produktifitasnya akan lebih baik," begitu kata Habsi Habsi Wahid. 

SDK: Perkuat Penyuluh

Anggota DPR RI dari fraksi Demokrat, Suhardi Duka punya catatan tersendiri kepada Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo terkait apa yang mesti dilakukan untuk mendongkrak sektor pertanian khususnya di Sulawesi Barat.

Kepada WACANA.Info beberapa waktu lalu, pria yang biasa disapa SDK itu meminta pemerintah untuk menjadikan kualitas Penyuluh Pertanian Lapangan sebagai segmen yang wajib diperhatikan.

Kunjungan Kerja Menteri Pertanian di Komisi IV DPR RI. (Foto/Istimewa)

"Pemberdayaan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) yang menjadi ujung tombak Kementan agar ditingkatkan peran dan fasilitasnya. Tidak usah urus politik segala," ucap SDK saat Komisi IV DPR-RI menerima kunjungan kerja Kementerian Pertanian di gedung DPR-RI awal November lalu.

Tak hanya itu, Bupati Mamuju dua periode ini juga meminta agar Kementerian Pertanian menemukan cara jitu dalam hal harga kelapa sawit agar tetap kompetitif. Termasuk mencari cara untuk menghindari disparitas antar pulau.

"Bibit benih yang diberikan agar yang asli. Bukan yang asal. Serta banyak lagi," tandas Suhardi Duka. (*/Naf)