Haul Puang Towa; Ikhtiar Menggali Keilmuan, Meneladani Ulama
Laporan: Said Usman Umar
CAMPALAGIAN--Suasana tak biasa di Masjid Raya Campalagian, Desa Bonde hari itu. Lebih dari dua ribu berkumpul, memadati masjid, memperingati haul ke-94 Habib Alwi Bin Abdullah Bin Sahl (Puang Towa), Sabtu (23/08).
Momentum sekaligus monumen penuh makna. Mengenang dan mengingat jasa-jasa ulama, khususnya Habib Alwi Bin Abdullah Bin Sahl yang makamnya terletak di kawasan Masjid Raya Campalagian; berama KH Abd Hamid dan H Muh Amin.
Mengenang para ulama. Menjadikannya sumber inspirasi bijak khususnya bagi kekayaan wawasan bagi generasi sekarang. Serta demi tegaknya syariat islam yang istiqamah.
Satu perayaan yang hampir mustahil mewujud tanpa dukungan dari banyak pihak. Masyarakat Campalagian, panitia masjid besar Campalagian serta pemerintah daerah tentu saja.
"Harapan kepada Pemda, mungkin akan lebih elegan jika dapat menjadikan event ini termasuk kegiatan Maulid sebagai kegiatan tahunan. Meski disadari, untuk itu mesti diudahului dengan satu kajian ilmiah untuk dapat menjadikannya satu proiduk hukum dalam bentuk Perda," tutur perwakilan keluarga Puang Towa di sela-sela kegiatan.
Haul Habib Alwi Bin Abdullah Bin Sahl hari itu juga dimaknai sebagai satu ikhtiar memberi penguatan kepada masyarakat untuk senentiasa mencintai para ulama. Pewaris para nabi.
"Ketika ada sesuatu yang dilakukan oleh para ulama, semacam ibadah, masyarakat tidak harus lagi mencari dalilnya. Itu salah satu bentuk kecintaan kita kepada para ulama," beber Ketua Tanfidziah PWNU Sulawesi Barat, KH. Adnan Nota yang turut hadir pada agenda yang dimulai sejak pagi hari itu.
KH. Adnan Nota pun melihat agenda itu sebagai sarana yang tepat dalam membangun persatuan antarsesama umat muslim. Keprihatinan untuk kondisi umat Islam di Palestina pun tak luput dari perhatian KH. Adnan Nota.
"Kita masih bisa bangga ketika Palestina dijajah, ada satu negara Islam yakni Iran yang punya komitmen nyata memela Palestina. ini bisa jadi satu kebanggan, jangan hanya karena persoalan kecil, kita lantas membully Iran, padahal ia telah membela Paslestina," ungkap pria yang juga Ka Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Barat itu.
Dukungan untuk Kecamatan Campalagian sebagai kota santri juga disuarakan KH. Adnan Nota. Sekaligus penegasan darinya untuk tetap hadir pada setiap peringatan haul Akan mensupport lkegiatan keagamaan, haul Habib Alwi Bin Abdullah Bin Sahl.
Suport Pemda
Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar telah menyiapkan sederet rencana dalam membumikan nilai-nilai Islam di 'Bumi Tipalayo' ini. Syamsul Mahmud dalam sambutannya di event tersebut mengaku telah menyusun sederet rencana khususnya dalam upayanya mengintervensi dunia pendidikan.
"Melihat fenomena anak didik sekolah khususnya SD dan SMP yang cenderung jauh dari nilai keagamaan. Pemda akan menyusun satu perangkat hukum agar ketika sebelum memulai pelajaran, mereka memahami, mengenal Al Quran dan mengetahui sejarah Rasulullah SAW," beber Syamsul Mahmud, Bupati Polewali Mandar.
Secara teknis, Syamsul menguraikan, peran tenaga pendidika akan sangat vital untuk mewujudkan harapan di atas. Dalam produk hukum yang sedang disusun itu, para guru yang ada sekolah SD dan SMP yang akan berperan aktif mengajak para siswa untuk dapat lebih dekat dengan Al Quran. Termasuk dengan perjalanan panjang perjuangan Rasulullah SAW.
Tentang harapan agar haul Habib Alwi Bin Abdullah Bin Sahl dapat dijadikan event resmi pemerintah daerah, Syamsul mengaku bakal melakukan kajian tersendiri. Didahului dengan agenda penelitian secara mendalam.
Kedekatan Mesir dan Mandar
Bacaan selawat yang berlaku di Mesir punya kemiripan dengan apa yang ada di Mandar, Sulawesi Barat. Jadi indikasi yang kuat adanya kedekatan tertentu antara keisalaman di Mesir dengan apa yang ada di Sulawesi Barat.
Hal diatas jadi salah satu penekanan yang disampaikan Prof. Dr. H. Salih Ahmad Abd Al-Wahhab Abd Al-Qawiy, LC, M.A di hadapan ribuan orang yang menghadiri haul Habib Alwi Bin Abdullah Bin Sahl hari itu. Satu perbedaan kecil selawat di Mesir dengan yang ada di Mandar, kata dia, ada pada penekanan nadanya saja.
"Hanya nadanya saja yang berbeda. Bunyinya sama," ungkap tenaga pengajar di Universitas Al Azhar, Cairo, Mesir itu.
Bagi Salih Ahmad, membangun kecintaan kepada para ulama adalah langkah yang tepat dalam upaya membumikan nilai-nilai keislaman di dalam pergaulan sosial masyarakat.
"Mencontoh dan meneladani mereka dalam semangatnya menuntut ilmu. Kalau dulu, para ulama kita kalau mereka baring, maka yang menjadi alasnya adalah Al Quran dan kitab-kitab keilmuan. Beda dengan generasi kita sekarang, kalau mereka baring, yang menemani mereka itu ponsel. Ini mesti dicegah," urainya.
Fenomena itu, sambungnya, mesti mendapat perhatian serius dari semua pihak. Mendesain para generasi sekarang untuk lebih cinta pada ilmu pengetahuan, khususnya ilmu agama adalah sesuatu yang harus disegerakan.
"Karena ini adalah perintah Rasulullah SAW, dan ulama para pewaris Rasulullah SAW," pungkas Prof. Dr. H. Salih Ahmad Abd Al-Wahhab Abd Al-Qawiy, LC, M.A. (*)









