Advertorial

Gubernur Sulbar dan Menteri Transmigrasi RI Lepas Ekspor Kakao ke Jepang

Wacana.info
(Foto/Dinas Kominfo, Persandian dan Statistik)

MAMUJU–Menteri Transmigrasi Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara bersama Gubernur Sulawesi Barat Suhardi Duka secara simbolis melepas ekspor biji kakao fermentasi dari PT Untuk Indonesia Hijau ke Yokohama, Jepang, Jumat (18/07). Momentum tersebut digelar di halaman depan kantor Sulawesi Barat.

Menurut Suhardi Duka, ekspor kakao tersebut merupakan bukti nyata kontribusi Sulawesi Barat terhadap perekonomian nasional melalui komoditas unggulan daerah.

"Kita buktikan ini hari bahwa kakao produk Sulbar berkontribusi terhadap nasional. Kakao dari Sulbar diekspor ke Eropa, Amerika, dan hari ini ke Jepang," kata Suhardi Duka.

Sulawesi Barat diketahui memproduksi sekitar 75.000 ton kakao per tahun. Hampir seluruh hasil panen tersebut diekspor ke luar negeri, sekaligus menjadikan Sulawesi Barat jadi salah satu lumbung kakao nasional. 

"Saya minta ke Pak Menteri supaya kita buatkan hilirisasi di sini, supaya ekspornya itu jangan mentah-mentah semua. Ya setengah jadilah kalau bisa, supaya nilai tambahnya ada," ungkap SDK.

Dengan adanya industri pengolahan di tingkat lokal, masih oleh Suhardi Duka, bukan hanya petani saja yang mendapat manfaat, tetapi juga para pedagang dan pelaku usaha lainnya di rantai pasok kakao.

Ekspor kali ini dilakukan oleh PT Untuk Indonesia Hijau, sebuah perusahaan yang mengelola hasil kakao dari kawasan transmigrasi di Polman. Biji kakao yang diekspor merupakan hasil fermentasi, yang memiliki kualitas lebih tinggi dan nilai jual yang lebih baik di pasar internasional.

Menteri Transmigrasi, Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara menyuarakan apresiasinya terhadap upaya Sulawesi Barat dalam mengembangkan potensi transmigrasi menjadi sentra produksi unggulan.

"Inilah salah satu contoh keberhasilan kawasan transmigrasi yang produktif dan mampu mendukung ekspor nasional," ujar Menteri Iftitah.

Pelepasan ekspor ini diharapkan menjadi langkah awal untuk terus memperkuat posisi Sulawesi Barat sebagai daerah penghasil kakao unggulan. Sekaligus mendorong pembangunan industri hilir yang berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat. (*/Naf)