Progres Coklit di 92 Persen, KPU Sulbar Patok Target Tuntas di Pertengahan Bulan

MAMUJU--Tahap Pencocokan dan Penelitian (Coklit) akan berkahir pada 24 Juli 2024. Hingga Rabu, 10 Juli 2024 pagi, KPU Sulawesi Barat mencatat progres Coklit yang dilakukan oleh Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih) telah mencapai angka 92,36 Persen.
Komisioner KPU Sulawesi Barat, Asriani menguraikan, dari 1.014.652 data yang ada, sebanyak 937.146 yang telah di-Coklit. Tersisa 77.506 data yang belum belum di-Coklit.
"Alhamdulillah, persentase 92,36 Persen itu masih di atas dari sejumlah provinsi lainnya," ucap Asriani saat dihubungi, Rabu (10/07) siang.
Merujuk dari data progres Coklit yang diterima WACANA.Info, Kabupaten Polman jadi daerah dengan persentase Coklit tertinggi yakni 98,16 Persen. Disusul Majene di 97,08 Persen.
Sementara Mamuju Tengah dan Kabupaten Mamuju jadi dua wilayah dengan progres paling rendah. Masing-masing mencatatkan data progres Coklit sebesar 85,65 Persen untuk Mamuju Tengah, serta 85,30 Persen di Kabupaten Mamuju.
"Salah satu kendala utama yang ditemui di lapangan adalah masih banyak masyarakat yang sedang berada di luar kota. Khususnya di dearah padat penduduk dalam hal ini di Mamuju. Sebut saja di Kecamatan Mamuju dan Simboro. Ada banyak kasus warga sedang berada di luar kota. Bisa jadi karena saat ini memang masih dalam masa libur anak sekolah," ungkap Asriani, komisioner KPU Sulawesi Barat divisi perencanaan, data dan informasi itu.
Asriani. (Foto/Instagram KPU Mamuju)
Pantarlih saat mendatangi warga yang sedang berada di luar kota itu, sambung Asriani, diminta untuk memaksimalkan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk memastikan domisili warga yang dimaksud. Bisa juga memastikannya via sambungan telepon atau pesan singkat.
"Jadi, bisa nanti pada saat sudah di rumah, Pantarlih bisa datang untuk melakukan Coklit," Asriani menambahkan.
Asriani juga menegaskan optimismenya terkait progres Coklit di wilayah Sulawesi Barat. Ia menyebut, progres Coklit bisa rampung paling tidak di pertengahan bulan Juli ini.
"Paling tidak dua minggu sebelum tahap Coklit ini selesai. Kami optimis itu bisa rampung. Kami pun tak ingin prosesnya berlangsung hingga di detik-detik akhir, sebab jangan sampai aplikasi e-Coklit mengalami gangguan khususnya di injury time. Jadi, biar aman, kita target prosesnya rampung jauh sebelum masa berakhirnya tahapan Coklit ini," harapnya.
Banyak Ketidaksesuaian Data Kependudukan
KPU Kabupaten Mamuju mengaku terkendala dengan banyaknya kasus ketidaksesuaian data kependudukan yang diterima oleh Pantarlih. Hasdaris, komisioner KPU Mamuju mengatakan, hal itu yang jadi penyebab utama progres Coklit di Kabupaten Mamuju sedikit terlambat.
"Misalnya di dua kecamatan padat penduduk ini, Mamuju dan Simboro. Ada banyak data penduduk di dua kecamatan itu yang ternyata tidak lagi sesuai. Ini yang menghambat proses Coklit yang dilakukan oleh Pantarlih," beber Hasdaris.
Hasdaris. (Foto/Manaf Harmay)
Kondisi itu, masih kata Hasdaris, bikin penyelenggara Pilkada di tingkat desa/kelurahan dan juga di level kecematan mesti melakukan silang data. Saling berkoordinasi kembali untuk memastikan kesesuaian data masing-masing penduduk.
"Belum lagi ada banyak warga khususnya di dua kecamatan itu yang berporfesi sebagai pekerja kantoran. Kondisi tersebut bikin Pantarlih punya keterbatasan waktu untuk melakukan Coklit. Sore atau bahkan malam hari baru bisa Coklit," urai komisioner KPU Mamuju divisi perencanaan dan dan informasi itu.
Terlepas dari itu, Hasdaris tetap optimis proses Coiklit di Kabupaten Mamuju bakal tuntas sebelum deadline yang ditentukan. Monitoring dan evaluasi yang terus dilakukan diyakini jadi cara jitu menggenjot progres Coklit tersebut.
"Jadi bukan hanya kuantitasnya saja, yang juga tak kalah penting adalah bagaimana kualitas data itu. Kami optimis, progresnya bisa kami genjot. Dan dalam satu atau dua minggu ke depan, itu bisa kami rampungkan," tutup Hasdaris.
Ketidaksesuaian data penduduk juga diakui oleh Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Mamuju. Anggota PPK Mamuju, Zainuddin mengaku pihaknya cukup kesulitan dengan kondisi tersebut.
Pantarlih yang bekerja di wilayahnya pun mesti bekerja ekstra akibat banyaknya data penduduk yang tak sesuai. Berkoordinasi kembali untuk mencari domisili masing-masing warga untuk dilakukan Coklit.
"Misalnya di wilayah Kelurahan Binanga. Dalam data yang kami peroleh, masih ada puluhan warga yang belum tercoklit. Padahal faktanya, Pantarlih itu telah mendatangi seluruh warga yang ada di sana. Kasus serupa juga kami temukan di Rimuku dan juga sebagian wilayah Karema," sumbang Zainuddin. (*/Naf)