Mending Kakao dan Sawit

Kenapa Pisang dan Sukun ?

Wacana.info
Pj Gubernur Sulbar, Bahtiar Baharuddin saat Berkunjung ke Sentra Pembibitan Pisang Cavendish di Kabupaten Bone Beberapa Waktu Lalu. (Foto/Istimewa)

MAMUJU--Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Barat, Bahtiar Baharuddin terus mengkampanyekan tanaman pisang dan sukun sejak di awal masa kepemimpinannya di provinsi ke-33 ini. Ada yang menegaskan dukungannya untuk gerakan itu, tak sedikit pula yang bersuara dengan nada minor.

Baharuddin jelas punya pertimbangan sendiri, mengapa dua komuditas di atas jadi 'proyek jagoan' yang ia usung. Terlepas dari apapun itu, perspektif lain datang dari dewan pembina lembaga Esensi Sulawesi Barat, Nur Salim Ismail.

Kepada WACANA.Info, Nur Salim menguraikan, kampanye tanaman pisang dan sukun tersebut merupakan perwujudan paling nyata untuk misi ketahanan pangan. Termasuk bagaimana cita-cita Sulawesi Barat untuk menjadi daerah penyangga IKN dalam hal ini di sektor bahan makanan.

"Saya melihatnya seperti itu. Ini adalah wujud nyata tentang apa dan bagaimana ketahanan pangan itu bisa terwujud. Menurut saya, ini gerakan yang rill. Apalagi kalau kita ingin jadi daerah penyangga IKN, saya kira ini bisa menjadi momentum yang baik untuk Sulbar dalam berperan untuk IKN, khususnya di komuditas bahan makanan ini," ucap Nur Salim, Kamis (30/05).

Hal yang perlu mendapat atensi dari semua pihak, sambung Nur Salim, adalah tentang bagaimana turunan dari kampanye pisang dan sukun itu dapat berjalan secara ideal. Bagaimana dukungan anggaran, serta penggunaannya.

"Ini yang harus mendapat perhatian kita. Seperti apa turunan dari kampanye pisang dan sukun itu. Program turunnya seperti apa, anggaran dan penggunaannya bagaimana. Dan seterusnya," sambung dia.

Nur Salim Ismail. (Foto/Net)

Untuk smooth-nya perjalanan agenda itu, Nur Salim menawarkan satu konsep untuk dapat dijalankan oleh pemerintah. Misalnya dengan memaksimalkan pelibatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di masing-masing desa untuk mendukung program tersebut.

"Ini bisa jadi opsi menarik. Lewat BUMdes itu, masing-masing pemerintah desa bisa menjalankan program menanam pisang dan sukun secara massif. Nah, tugas pemerintah daerah sisa membantu BUMDes itu dengan misalnya bantun bibit atau benih, pendampingan serta tentu menyiapkan pasarnya, agar masyarakat tidak lagi dipusingkan soal bagaimana pemasarannya," urai Nur Salim.

'Cocokologi' Pisang dan Sukun

Pilihan ke tanaman pisang dan sukun bisa jadi menyimpan makna filosofis yang cukup dalam. Disebut cocokologi atau memang seperti itu adanya, Nur Salim Ismail mengatakan, pisang dan sukun sama-sama mengandung makna yang cukup menarik untuk disimak.

Pisang, menurut Nur Salim, merupakan tanaman yang punya manfaat di hampir seluruh bagian tanamannya. Kebaikan selalu ada baik di batang, daun, apalagi buahnya.

"Karena alasan itu juga kenapa di beberapa ritual keagamaan yang berlaku di daerah kita ini, selau melibatkan pisang sebagai salah satu pelengkapnya. Harapanya jelas, agar setiap ritual itu bisa menebar manfaat bagi siapa saja. Termasuk buah pisang yang acap kali digantung di tiang utama pada rumah-rumah masyatakat lokal kita. Harapannya sama, agar rumah yang ditinggali itu bisa memberi manfaat khususnya bagi si penghuni rumah," terang Nur Salim, pria yang juga ketua Lembaga Dakwan Nahdlatul Ulama (LDNU) Sulawesi Barat itu.

Sukun, memang nyaris tak pernah terlibat dalam agenda ritual adat atau ritual keagamaan yang berlaku di Sulawesi Barat. Meski begitu, bagi Nur Salim, jika berkaca pada terjemahan bahasa Arab, 'sakinah' yang berasal dari 'sukun' dapat diartikan sebagai 'kedamaian' atau 'ketenangan'.

Boleh jadi, Bahtiar Baharuddin lewat kampanye menanam sukun ingin mengirim pesan bahwa Sulawesi Barat membutuhkan kedamaian atau ketenangan, utamanya di momentum Pilkada serentak tahun 2024 ini.

"Dalam tradisi pesantren juga begitu. Ketika ada keraguan dalam membaca kitab, apakah harus dibaca 'a', 'i' atau 'u', pengajar di pesantren akan mengarahkan kita agar membacanya secara 'sukun' atau dibaca mati saja. Membaca 'sukun' yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah untuk menghidari kekeliruan. Di sana ada nilai kehati-hatian berarti. 'Sakkin Taslim',  sukunkanlah, agar engkau selamat (tidak salah baca)," tutup Nur Salim Ismail.

Secara Ekonomis, Mending Kakao atau Sawit

Potensi ekonomi untuk tanaman pisang dan sukun memang ada. Hanya saja, jika dibandingkan dengan komuditas lain yang sebelumnya telah ada di Sulawesi Barat, keduanya jelas masih kalah jauh.

Secara umum Sukri Umar melihat, ada nilai positif dari kampanye tanam pisang dan sukun yang digaungkan oleh Bahtiar. Ada semangat pemanfaatan lahan yang positif dari kampanye itu, kata Sukri.

Sukri Umar. (Foto/Net)

"Hanya saja, kalau saya melihatnya, pisang dan sukun ini bukan komuditas yang sifatnya populis bagi masyarakat kita. Kalau mau, kenapa tidak memaksimalkan komuditas yang sudah ada, apalagi kalau itu secara hitung-hitungan ekonomi jauh lebih menjanjikan. Apa itu, kakao dan juga sawit," terang Sukri Umar, ketua komisi III DPRD Sulawesi Barat itu dalam sebuah kesempatan.

Bagi Sukri, kakao dan sawit sudah terbukti memberi manfaat secara ekonomis bagi masyarakat Sulawesi Barat. Pisang dan sukun belum terbukti secara nyata manfaatnya bagi masyarakat, bukan pula komuditas yang familiar.

"Berbeda dengan kakao dan cokelat. Saya ini seorang petani, saya tahu persis petani kita itu akan jauh lebih diuntungkan ketika kakao dan sawit yang menjadi fokus pemerintah. Itu sudah terbukti sejak beberapa tahun terakhir," simpul Sukri Umar.

Peluang Baru bagi Petani

Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat mencanangkan program menanam berbagai komoditas, salah dua komoditas unggulan yakni pisang dan sukun. Program menanam pisang dan sukun dinilai memberi peluang bagi petani yang ada di Sulawesi Barat.

"Supaya ada saling berdagang dari yang ada ke yang tidak ada. Tadi tepat sekali di sini punya hal yang orang lain tidak ada dan pasarnya ada, yaitu Sukun,” ucap Wakil Presiden RI, KH Ma'ruf Amin dalam kunjungannya ke Sulawesi Barat beberapa waktu lalu, sekaligus mendukung Pj Gubernur Sulawesi Barat, Bahtiar Baharuddin yang mengkampanyekan tanaman tersebut.

Dikutip dari website resmi pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, dalam program tugas pokok dan fungsi dari Dinas TPHP, sukun adalah komoditas hortikultura yang masuk dalam tugas dan fungsi Dinas Tamanan Pangan Holtikultura dan Peternakan Provinsi Sulawesi Barat. Manfaat dari komoditas itu tidak hanya terbatas pada aspek ekonomi, tetapi juga berdampak positif pada kesehatan dan lingkungan. 

Wapres RI, KH Ma'ruf Amin saat Menanam Sukun di Mamuju. (Foto/Istimewa) 

Sukun kaya akan nutrisi dan serat, sehingga baik untuk kesehatan pencernaan dan dapat membantu mengurangi risiko penyakit degeneratif. Selain itu, penanaman sukun juga dapat membantu dalam menjaga kelestarian lingkungan, mengingat tanaman ini mampu mengurangi erosi tanah dan meningkatkan keberagaman ekosistem

"Bahkan dengan adanya program (penanaman pisang dan sukun) ini sesungguhnya membuka peluang baru bagi petani. Tanpa melupakan coklat, kopi, kelapa serta komoditas perkebunan lainnya sesuai karakteristik serta pengwilayahan komoditas yang akan dicanangkan oleh Pj. Gubernur Sulbar. Dan lebih penting bahwa pohon sukun yang telah ditanam tersebut belum diikatkan dengan anggaran dari Dinas Perkebunan," ucap Herdin Ismail, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Barat.

Herdin menambahkan, apa yang dilakukan Pj Gubernur Sulawesi Barat, Bahtiar Baharuddin dalam inisiasinya dalam bentuk kampanye tanaman pisang maupun sukun itu bakal mendapat respon positif dari petani. Bagi masyarakat yang telah menanam kopi, kakao dan kelapa, serta komuditas lainnya, pemerintah tetap akan memberi support, terutama sawit yang telah lebih dulu berkembang di sejumlah kabupaten di Sulawesi Barat.

"Nantinya komoditas pertanian jenis holtikultura akan lebih merata perkembangannya di Sulbar," Herdin Ismail menutup. (*/Naf)