Dinamika di Pleno Rekapitulasi, Wajar

MAMUJU--Pleno terbuka rekaputulasi hasil penghitungan suara Pemilu tahun 2024 di Kabupaten Mamuju telah memasuki hari ke-tiga. Hingga, Jumat (1/03) petang, telah ada tiga kecamatan yang telah selesai membacakan hasil rekapnya di forum pleno terbuka rekaputulasi tingkat kabupaten itu.
Dalam prosesnya, rapat pleno yang dihadiri oleh para saksi peserta Pemilu, Bawaslu serta dari jajaran KPU itu berlangsung lancar. Meski begitu, ada saja hal-hal yang menjadi pemicu, jalannya pleno berjalan alot.
"Yah sampai hari ini berjalan cukup aman, lancar. Kalau persoalan dinamika itu yah biasalah. Masih dalam taraf yang wajar," ucap Komisioner KPU Mamuju, Hasdaris yang ditemui di sela-sela pleno rekaputulasi hasil penghitungan suara Pemilu tahun 2024, Jumat (1/03).
Koordinator divisi perencanaan, data dan informasi KPU Mamuju itu pun yakin, rapat pleno terbuka rekaputulasi hasil penghitungan suara Pemilu tahun 2024 tingkat kabupaten dapat selesai paling lambat 5 Maret 2024.
"Karena rekap di provinsi itu sepertinya tanggal 2 Maret sudah dimulai. Bisa saja dimulai dengan kabupaten yang sudah selesai, seperti Kabupaten Majen kan sudah selesai," kata dia.
Hari Ketiga Pleno Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Pemilu Tahun 2024 Kabupaten Mamuju. (Foto/Manaf Harmay)
Hingga berita ini dibuat, tiga kecamatan yang telah menuntaskan hasil rekapitulasinya di tingkat kabupaten masing-masing; Kecamatan Papalang, Kecamatan Tommo dan Kecamatan Sampaga.
"Tiga selesai, ini menuju empat. Sekarang kan sedang berlangsung untuk Kecamatan Bala balakang," masih oleh Hasdaris.
Hasdaris yang mantan aktivis HMI itu menilai, adalah hal yang sangat wajar jika dinamika hingga alotnya pleno rekapitulasi itu terjadi. Terlebih jika perolehan suara Caleg di Kabupaten Mamuju itu terbilang sangat ketat.
"Masing-masing partai itu jelas akan mempertahankan suaranya. Secara substansi memang harusnya seperti itu. Bahwa satu suara itu sangat berharga," urai dia.
Kata dia, kondisi di Kabupaten Mamuju memang sebegitu kompetitifnya. Utamanya untuk perebutan kursi-kursi terakhir yang menurut Hasdaris bukan tidak mungkin hanya berjarak puluhan, bahkan di satu digit saja.
"Itu yang menjadi faktor kenapa dinamikanya terbilang cukup panjang. Saksi itu matanya sangat tajam, harus memperjelas kalau misalnya perolehan suara itu ada yang bertambah atau ada yang berkurang. Di sinilah maknanya bahwa satu suara itu sangatlah berharga. Bisa sangat menentukan," tutup Hasdaris. (*/Naf)