Opini

Mau Dibawa Kemana Universitas Sulawesi Barat ?

Wacana.info
Fadli Syamsuddin (Foto/Instagram DKP Sulbar)

Oleh: Fadli Syamsudin (Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNPAD, Mantan Kepala Dinas Perikanan dan Keluatan Sulbar)

Quovadis Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) ?. Mau dibawa kemana Unsulbar di usianya yang hampir 10 tahun ditambah 6,5 tahun masa transisi dari swasta menjadi perguruan tinggi negeri (PTN) (berdiri pada tgl 13 Mei 2013 paska penyerahan aset dan fasilitas Unsulbar yang memiliki ijin operasional di bawah koordinasi Kopertis Wilayah IX Sulawesi dan dikelola Yayasan Pendidikan Indonesia Sulawesi Barat pada tgl. 31 Desember 2007).

16,5 tahun bukanlah waktu yang pendek dalam proses pendidikan, paling tidak sudah ada pondamen kuat untuk mendukung visi misi Rektor Unsulbar yang memasang target tahun 2040 Unsulbar unggul dalam pengembangan sumber daya manusia, ilmu pengetahuan, dan teknologi berbasis budaya untuk memecahkan masalah lokal, nasional, dan global.

Apa capaian Unsulbar selama kurun waktu tersebut? Status akreditasi menurut Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) masuk kategori “Baik” yang merupakan peringkat terendah di bawah “Baik Sekali” dan “Unggul”.

Perlu kerja sangat keras untuk mengangkat peringkat ini paling tidak setingkat lagi dengan dukungan dosen tetap (NIDN) berjumlah 996 dan 7 dosen paruh waktu (NIDK) melayani proses pendidikan dengan jumlah mahasiswa yang makin bertambah pada tahun 2023 diperkirakan sudah berjumlah 10.000, dimana dengan jumlah tersebut Pejabat Wakil Rektor (WR) dapat ditingkatkan dari 2 menjadi 3.

Apabila mengikuti arahan UU No 12 Tahun 2018, tentang tema pembangunan pendidikan 2005 – 2025, maka tema rencana pembangunan jangka menengah (RPJMN) yang lalu (2015 – 2019) fokus pada daya saing pendidikan skala regional dan tahun berikutnya sekarang ini (2020 – 2024)   pada daya saing internasional maka Unsulbar masih jauh dari target nasional tersebut. Untuk itu, proses pemilihan calon rektor yang sedang berproses saat ini sampai dipilihnya rektor definitif pada tanggal 12 April 2023 menjadi sangat strategis bagi masa depan Unsulbar pada khususnya dan Provinsi Sulawesi Barat pada umumnya, mengingat fungsi utama universitas menjadi katalisator sekaligus akselerator pembangunan.

Strategis harus dimaknai sebagai upaya menjadikan Unsulbar dapat ditarik kuat dari ketertinggalannya secara nasional dengan status yang masih “di jajaran belakang” menjadi universitas pada jajaran menengah atau masuk papan atas melalui reputasinya di tingkat nasional dan dikenal kiprahnya di level internasional.

Apakah ini sebuah utopia?. Tidak, apabila rektor terpilih mau bekerja super keras dan cepat melakukan konsolidasi kekuatan di internal kampus dan menggunakan jaringan nasional serta internasional sebagai daya dorong akselerasi pembangunan SDM dan program unggulan Unsulbar.

Strategi apa saja yang diperlukan?.

1. Membangun Visi dan Misi yang kuat dan terukur berbasis kondisi lokal (geografi, kearifan dan budaya). Dalam hal ini, Unsulbar harus berani memiliki visi dan misi yang jelas dalam bidang kebencanaan dan lingkungan, yang menjadi karakteristik lokal bahwa wilayah Sulawesi Barat (sulbar) ini memiliki tingkat resiko bencana tertinggi di Indonesia disamping kondisi lingkungan selain memberikan bencana hidrometeorologi yang tinggi, juga keberkahan dengan potensi maritim yang belum dikembangkan melalui 677 km panjang garis pantainya melintang dari Paku di Kab. Polman sampai Suremana di Kab. Pasangkayu melintas di 5 kabupaten dari 6 yang dimiliki Prov. Sulawesi Barat.

2. Konsolidasi internal: hal ini sangat penting dilakukan oleh siapapun balon terpilih untuk memimpin Unsulbar dalam kurun waktu 2023 – 2027, fase dimana tema pembangunan pendidikan nasional harus sudah berada pada tataran dikenal di dunia internasional dan menghadapi krisis multi dimensi nasional akibat disrupsi covid-19 yang melambatkan roda pembangunan kampus disamping perubahan iklim yang menyebabkan krisis pangan sulit diantisipasi. Seluruh perangkat kampus mulai dari senat, dosen, pegawai administrasi, dan terutama mahasiswa serta unsur pimpinan daerah harus bersatu padu pada visi misi yang menjadi tekad bersama untuk dilaksanakan. Fraksi yang ada dan menyebabkan perpecahan harus melakukan rekonsiliasi demi kemajuan Sulbar.

3. Membuat Ikon dan Tematik Unsulbar: sejalan dengan perubahan visi misi di atas, perlu penguatan program studi pada bidang kebencanaan dan lingkungan dan menurut hemat penulis perlu dibuat menjadi sebuah fakultas dengan program studi kebencanaan, resiko bencana, valuasi ekonomi kebencanaan, dan ilmu lingkungan. Selain itu, geografi Sulbar yang merupakan wilayah maritim harus memiliki daya dukung kuat pada industri maritim dengan pembentukan program studi teknik perkapalan dan ilmu kelautan. Bagaimana fakultas dengan program studi yang sudah ada saat ini?. Program studi yang sudah ada diarahkan untuk penguatan tema kebencanaan dan lingkungan sesuai visi misi, misalnya teknik sipil akan menjadi tempat dimana kajian dan lulusan yang dibentuk Unsulbar akan menjawab pasar pada kebutuhan tenaga teknik sipil yang paham akan kontruksi rumah dan bangunan tahan gempa dan bencana lainnya yang juga ramah lingkungan. Demikian juga program studi perencanaan wilayah dan kota diarahkan agar bisa membuat tata kota tangguh terhadap bencana alam gempa, tsunami dan cuaca ekstrem lainnya. Dengan demikian lulusan Unsulbar dipastikan dapat bekerja untuk memenuhi pembangunan di Sulbar baik pada industri maritim (kelautan dan perikanan serta tambang explorasi mineral dlsb.) dan kebutuhan tenaga administratur, kebijakan  di pemerintahan daerah, perusahaan yang ada di Sulbar sebelum mereka digunakan secara nasional dengan keahlian pada bidang kebencanaan dan lingkungan.

4.Akselerasi akreditasi Unsulbar: strategi ini dapat dilakukan dengan penguatan borang seluruh kegiatan akademik yang dikelola secara baik disamping pengembangan kegiatan berbasis 8 Indikator Kerja Utama (IKU)  agar kampus Unsulbar melesat cepat menjadi kampus maju dengan pendanaan kegiatan yang semakin besar. Hal ini dapat dilakukan apabila Rektor terpilih memiliki jaringan nasional dan internasional yang baik agar dapat melaksanakan program kampus merdeka dan merdeka belajar dengan mudah dan mendapatkan stimulus dana insentif dari dirjen dikti. Selain itu dengan jaringan yang dimiliki Rektor terpilih akan memudahkan mahasiswa melaksanakan proses pendidikan di kampus ternama di Indonesia maupun internasional. Hal ini merupakan program penguatan kapasitas civitas akademika Unsulbar agar sejajar kompetensinya dengan perguruan tinggi yang sudah memiliki reputasi, disamping percepatan standarisasi kompetensi lulusan. Jaringan nasional yang dimiliki rektor terpilih juga harus menjamin akses untuk “brain drain” profesor riset ataupun profesional lainnya dari institusi riset dan inovasi nasional maupun industri, agar dapat bekerja sebagai dosen tetap paruh waktu melalui Nomor Induk Dosen Khsus (NIDK) yang dikeluarkan kemenristekdikti. Peningkatan jumlah guru besar melalui mekanisme ini di Unsulbar akan mempercepat proses pendirian program paska sarjana yang belum ada di Unsulbar, namun sangat mendesak didirikan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan SDM di Sulbar.

5. Transformasi Pendidikan Unsulbar: strategi ini diterapkan agar dapat menjadikan Unsulbar sejalan dengan kecenderungan dunia internasional yang menjadikan kampus berkelas dunia dengan label universitas riset dan kebutuhan nasional itu sendiri yang mengarahkan universitas di Indonesia dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dengan mekanisme perubahan status perguruan tinggi negeri badan hukum (PTN BH), melalui penguatan entrepreneurship di kampus. Untuk itu, sedini mungkin program studi yang dirancang oleh Rektor terpilih harus dapat melakukan transformasi pendidikan yang selama ini hanya berbasis pengajaran (teaching) harus bermuara ke riset (research university) yang akan menjawab kebutuhan pembangunan daerah, misalnya program studi perikanan dapat menghasilkan riset berupa desain rancangan budidaya perikanan pantai yang tahan perubahan lingkungan, dlsbnya yang sangat dibutuhkan industri perikanan di Sulbar. Selain itu, sejalan dengan tri dharma perguruan tinggi, maka insan akademik di Unsulbar harus juga melakukan transformasi berpikir (mind setting) entrepreneurship/bisnis untuk semua program studi. Ketiga hal penting ini harus melekat erat dalam tri dharma Unsulbar.

Untuk kepentingan dan kemajuan Provinsi Sulawesi Barat, mari kita sukseskan proses Pemilihan Rektor Unsulbar 2023 – 2027 dengan mengedepankan pemikiran rasional analitik dan tanpa kepentingan sesaat bagi para senat untuk memilih balon terbaik. (*)