Bersyukurlah untuk Prestasi Sulbar di PON Papua
![Wacana.info](https://wacana.info/foto_berita/4445_ramlah_baharuddin.jpg)
Oleh: Manaf Harmay (Pemimpin Redaksi WACANA.Info)
MAMUJU--"Kita akan mengevaluasi tiap Cabor untuk berlaga kedepan. Bukan hanya balap motor, tetapi semua Cabor,". Tulisan ini penulis buka dengan statement Muhammad Hamzih, ketua kontingen Sulawesi Barat yang juga Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulawesi Barat seperti dikitip dari tribun sulbar.
Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua menyisahkan waktu tinggal beberapa hari lagi. Kabar gembiranya, setidaknya hingga Rabu, 6 Oktober malam, provinsi Sulawesi Barat duduk di dasar klasemen; peringkat ke-34 dari 34 Provinsi.
Menggembirakan bagi penulis. Raihan satu medali perunggu yang diperoleh Sulawesi Barat mesti disambut dengan suka cita. Seantero Sulawesi Barat idealnya bersyukur (dengan atau tanpa sujud syukur) untuk medali yang disumbangkan atlet dayung, dinda Ramlah Baharuddin itu.
Iya dong. Jika melihat manajemen pembinaan dan penjaringan atlet untuk beberapa cabang olahraga yang diaplikasikan di Sulawesi Barat, raihan satu medali perunggu itu sudah sangat luar biasa. Terlalu jauh untuk mengkritisi minimnya fasilitas olahraga kita, tengok saja dulu model pembinaan atlet-atlet kita yang (maaf) amburadulnya minta ampun.
Sudahkah proses penjaringan atlet kita menggunakan pola bottom-up ?. Atelt cabang olahraga tertentu yang benar-benar lahir dari sehatnya sebuah kompetisi. Atau jangan-jangan. Ini jangan-jangan yah, penentuan atlet-atlet yang dikirim itu datang dari 'penunjukan' para elit saja. Atau mungkin. Ini mungkin mungkin yah, sekadar 'menyewa' atlet dari luar daerah.
Bicara kompetisi. Nyaris tak lagi ada kompetisi untuk cabang olahraga tertentu di Sulawesi Barat. Kompetisi yang penulis maksud di sini adalah sebuah sistem yang berjalan dinamis. Dilakukan secara konsisten dan lain sebagainya (bayangan penulis, yah macam EPL kalau disepakbola, hehehehe).
Pembukaan Road Race PON XX Papua dibuka secara resmi oleh Bupati Merauke dengan mengangkat bendera Start pada Sirkuit Freegebb Waninggap Sai Cau Tak, Kabupaten Merauke. (Foto/ponpapuafoto.com)
Ok. Mungkin agak mustahil untuk menggulirkan kompetisi untuk seluruh cabang olahraga. Tapi, paling tidak untuk 'sedikit' cabang olahraga unggulan di Sulawesi Barat saja, idealnya harus tersedia.
Bisa saja para elit itu bilang begini, "hargai proses. Kami sedang berproses ini...,". Siap, penulis bisa terima itu. Lagian hasil yang menggembirakan (amin), itu akan datang setelah serangkaian proses yang panjang lagi berdarah-darah.
Tapi ingat wahai tuan dan puan sekalian. Proses itu harus dibarengi dengan progres. Progres yang dapat diukur, nyata dan terasa. Sekecil apapun itu. Tengok saja hasil akhir perolehan medali kontingen Sulawesi Barat di dua edisi PON sebelumnya.
Terima kasih yang setinggi-tingginya untuk situs wikipedia yang masih menyediakan innformasi detail termasuk tentang klasemen akhir pelaksanaan PON tahun 2012 di Riau dan PON Tahun 2016 di Jawa Barat. Di dua edisi pelaksanaan PON tersebut, Provinsi Sulawesi Barat sama-sama terbenam ke palung terdalam; posisi buncit dari seluruh peserta.
Di PON tahun 2012, kontingen Sulawesi Barat pulang dengan hasil yang nihil alias tanpa medali. Bergeser ke PON tahun 2016 yang dipusatkan di Jawa Barat, Sulawesi Barat sukses besar dengan raihan satu medali perunggu. Di PON XX Papua ini, untuk sementara Sulawesi Barat mempertahankan prestasinya. Setidaknya telah mengantongi satu medali perunggu. Meski secara keseluruhan, satu perunggu itu hanya cukup mendudukkan Sulawesi Barat di dasar klasemen.
Harus disyukuri dong. Paling tidak, kontingen kebanggaan kita itu bisa mempertahankan prestasinya. Mesti disambut dengan gegap gempita dong, raihan satu perunggu itu kalau perlu digaungkan sekeras-kerasnya. Sebab itulah hasil maksimal dari (maaf) berantakannya cara kita mengelola dunia olahraga di Tanah Mandar ini. (*)