Kondisi Siswa Sulbar di Papua Barat; Dikawal TNI via Laut Menuju Bandara

Wacana.info
Gedung DPRD Manokwari Papua Barat yang Terbakar Pada Saat Aksi Unjuk Rasa. (Foto/Kompas.com)

MAMUJU--Sebanyak 23 siswa-siswi asal Sulawesi Barat sedang berada di Manokwari, Papua Barat. Bersama sejumlah pendamping, para siswa tersebut tengah mengikuti program Siswa Mengenal Nusantara (SMN) di Papua Barat.

Alhamdulillah. Meski suasana di Manokwari sempat mencekam oleh aksi unjuk rasa berujung kericuhan, kondisi siswa berikut para pendamping asal Sulawesi Barat itu dipastikan aman.

Kepala Dinas Pendidikan Sulawesi Barat, Arifuddin Toppo menyebut, saat ini, para siswa dan pendampingya sedang dalam perjalanan menuju Bandara untuk diterbangkan kembali ke Mamuju.

"Informasi terakhir, mereka dikawal aparat TNI. Dibawa ke bandara via laut untuk selanjutnya akan diterbangkan kembali ke Mamuju. Besok Insya Allah sudah ada di Mamuju," sebut Arifuddin Toppo kepada WACANA.Info, Senin (19/08).

23 siswa asal Sulawesi Barat berikut pendampingnya dikabarkan sempat tertahan di hotel tempat mereka menginap di kota Manokwari. Mereka tak bisa kemana-mana lantaran kondisi Manokwari yang mencekam sejak pagi tadi akibat unjuk rasa berujung rusuh itu.

Setelah suasana sedikit agak kondusif, mereka sempat dievakuasi ke PT Pelindo IV di Papua Barat. Hingga kini sudah dibawa menuju Bandara dengan pengawalan aparat TNI.

"Kalau barang-barangnya yang di hotel, nanti kita koordinasikan dengan pihak PT Pelindo IV. Mereka yang akan urus," begitu kata Arifuddin Toppo yang dihubungi via sambungan telepon.

Kepala Dinas Pendidikan Sulbar, Arifuddin Toppo. (Foto/Abdul Rajab)

Dikutip dari portal berita kompas.com, unjuk rasa berujung kerusuhan di Manokwari, Papua Barat, tersebut disebabkan oleh massa yang terprovokasi konten negatif di media sosial terkait penangkapan mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang. 

Demikian diungkapkan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo dalam konferensi pers di Gedung Humas Mabes Polri, Senin siang. 

"Mereka boleh dikatakan cukup terprovokasi dengan konten yang disebarkan oleh akun di medsos terkait peristiwa di Surabaya," ujar Dedi. 

Konten yang dibangun di media sosial dan tersebar di antara warga Papua, lanjut Dedi, dapat membangun opini bahwa peristiwa penangkapan mahasiswa Papua adalah bentuk diskriminasi. Bahkan, termuat praktik rasisme di sana.

14 Agustus 2019 lalu, Wakil Gubernur Sulawesi Barat, Enny Anggraeni Anwar melepas 23 peserta SMN asal Sulawesi Barat ke Papua Barat. 

Pelapasan siswa-siswi terbaik Sulawesi Barat tersebut untuk mengenal budaya masyarakat Papua Barat tersebut berlangsung di ruang pertemuan lantai II Kantor Gubernur Sulawesi Barat.

Enny menjelaskan, kegiatan SMN merupakan yang ke empat kalinya dilaksanakan. Tahun ini Sulawesi Barat kembali mendapatkan kesempatan.

"Ini yang keempat kalinya kita laksanakan, mungkin saya yang paling merasa bangga dan bahagia karena ini yang ketiga kalinya saya berkesempatan melepas peserta SMN," ujar Enny kepada wartawan usai melepas 23 siswa-siswi tersebut.

Menjadi sutu kebanggaan tersendiri bagi para pelajar dan para orang tua siswa dalam keukutsertaannya pada program SMN. Karta Enny, tak semua siswa SMA sederajat mempunyai kesempatan seperti itu.

"Tidak semua siswa mempunyai kesempatan seperti ini untuk pergi ke daerah lain yang ada di Indonesia. Apalagi di Papua Barat. Maka berbanggalah kalian," sebut Enny Anggraeni Anwar. (*/Naf)