Aroma Tasawuf dalam ‘Sandaran Hati’
Penyanyi Sabrang Mowo Damar Panuluh atau lebih tenar dengan nama Noe berhasil mengguncang Tulungagung dengan syair tasawufnya, beberapa waktu lalu. Putra Emha Ainun Najib (Cak Nun) ini memang cukup jeli dalam memilih lirik dalam setiap lagu-lagunya yang ia nyanyikan bersama grup band Letto.
Tidak hanya menggambarkan kisa cinta anak muda biasa, Noe sering kali menyelipkan makna tazkiyatun nafs, penyucian jiwa di setiap karyanya.
Lirik berbau tasawuf itu misalnya muncul dalam lagu berjudul 'sandaran hati' di album Letto bertajuk 'Truth, Cry, Lies' yang dirilis tahun 2005 silam.
"Teringat ku teringat pada janjimu kuterikat. Hanya sekejap kuberdiri, kulakukan sepenuh hati," Noe menyapa jamaah pengajian dengan penggalan lagu secara acapela.
Menurut pria asal Yogyakarta ini, lirik tersebut menggambarkan janji seorang hamba kepada Tuhannya. Bahwa, manusia sebelum lahir ke dunia sudah mengikat janji.
Hidup manusia singkat, maka harus digunakan sebaik mungkin untuk hal-hal yang bermanfaat.
"Tak peduli ku tak peduli, siang dan malam yang berganti. Sedihku ini tiada arti, jika Kaulah sandaran hati. Kaulah sandaran hati," lanjut pria yang pernah mengenyam sekolah di SMA 7 Yogyakarta itu.
Gus Sabrang melanjutkan tafsir lagunya bahwa siang dan malam selalu berganti. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun.
Itu semua tak ada artinya jika hidup tak punya sandaran hati. Untuk mengadu atas semua gelisah dan masalah. Untuk mengadu atas semua gundah dan amarah. Kemana lagi hati kita sandarkan, jika bukan kepada Tuhan ?
Ngaji budaya di Bumi Kamardikan Majan Tulungagung itu semakin larut dalam suasana mengingat Tuhan. Tak sedikit jamaah yang mengucap dzikir karena makna tersirat lagu tersebut.
Untuk itu cara yang tepat bagaimana kita mengenal Tuhan, terlebih dulu ya harus mengenal diri sendiri. Dari mana kita berasal? Siapa diri kita? Apa hubungan antara makhluk dengan sang pencipta-Nya?
"Tanpa bisa mengingat itu semua, tentu kita tidak akan pernah tahu diri sendiri. Jika dengan diri sendiri saja tidak pernah kenal, bagaimana bisa kita mengenal Allah?" lanjut pria berambut gondrong itu.
Noe juga mengutip ulama masyhur Yahya bin Muadz Ar-Razi yang berkata; "Barangsiapa yang mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Tuhannya," tutup Sabrang Mowo Damar Panuluh. (*/Naf)
Sumber: nu.or.id