Tolong ! Jangan Pakai Isu SARA di Pemilukada Mamasa

Oleh: Manaf Harmay
Pemimpin Redaksi WACANA.Info
MAMUJU--Momentum politik Pemilukada Mamasa bakal digelar kurang lebih setahun lagi. Ada sejumlah nama yang kini terus disebut-sebut bakal ikut meramaikan Pemilukada di Bumi Kondosapata itu.
Pesta demokrasi di Mamasa akan dijadikan momentum bagi masyarakatnya untuk terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam memenangkan jagoannya masing-masing.
Memenangkan figur tertentu sah-sah saja. Hanya yang mesti diingat ialah cara memenangkannya wajib dilakukan di atas rel aturan serta mekanisme yang benar.
Isu Pemilukada Mamasa memang masih setahun lagi. Namun parahnya, kini sudah mulai berlesiweran isu-isu Suku, Agama, Ras dan Antar golongan (SARA) yang menyertai kontestasi Pemilukada di wilayah pegunungan di provinsi Sulawesi Barat itu.
Lantas, apa kata Partai Politik ?.
"PDIP tegas. Kami tidak akan membiarkan isu SARA menghancurkan kehidupan berdemokrasi kita. Bagi kami, negara ini sudah sangat jelas, memberi jaminan se luas-luasnya kepada siapa saja, apapun latar belakangnya, untuk mengambil peran apa saja di Negara ini. Begitu juga di momentum politik seperti Pilkada Mamasa," urai Sekretaris DPD PDIP Sulawesi Barat, Charles Wiseman, Jumat (9/06).
Selain itu, menggunakan isu SARA untuk kepentingan tertentu jelas sudah tidak kontekstual lagi dilakukan untuk saat ini. Mereka yang memanfaatkan isu SARA untuk kepentingan politik, adalah ia yang alam pikirannya terkungkung pilu akibat sekat kepentingan yang sungguh teramat singkat nan semu.
"Saya kira tida pas lah kita menggunakan isu itu di Pilkada Mamasa. Itu sama saja dengan menentang fitrah kita sebagai manusia Indonesia yang memang begitu beragam. Kami jelas menentang dengan tegas hal seperti itu. Apalagi, Mamasa sudah punya pengalaman buruk, bagaimana masyarakat yang jadi korban hanya karena kita terpecah belah oleh isu SARA," sumbang Sekretaris DPW PKB Sulawesi Barat, Yahya Hanafi.
"Sebab yang jauh lebih pantas untuk menjadi jualan bagi siapapun, bagi pihak manapun di Pilkada Mamasa ialah kualitas visi misinya. Bagaimana memenuhi kebutuhan masyarakat Mamasa lewat visi, misi dan program. Bukan dengan menjual isu SARA," kata mantan aktivis PMII itu.
Mamasa memang punya pengalaman buruk. Masih segara di ingata ketika beberapa tahun yang lalu daerah itu dilanda konflik horizontal. SARA jadi isu sentral penyebab utama dari konflik yang sempat jadi perhatian pemerintah pusat itu.
Seiring berjalannya waktu, perlahan namun pasti Mamasa terus berbenah. Kini, daerah yang diproyeksi sebagai destinasi utama pariwisata di Sulawesi Barat itu sukses mempertontonkan hangatnya keakraban antar pemeluk agama, antar suku dan antar golongan.
Kerukunan antar umat beragama, antar suku dan antar golongan di Mamasa pernah diuji cobakan lewat gemerlapnya gelaran MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur'an) Sulawesi Barat yang dipusatkan di Mamasa, akhir 2016 lalu. Kala itu, Mayoritas panitia pelaksana even besar khusus bagi umat Islam tersebut justru diisi oleh saudara-saudara kita yang bukan Islam.
Di titik ini, tak berlebihan kiranya jika penulis menyebut Mamasa sebagai salah satu daerah yang sukses merawat keberagaman sekaligus memelihara kebhinekaan masyarakatnya. Jika Mamasa yang telah sukses 'merayakan perbedaan' masyarakatnya, adalah hal sungguh sangat biadab jika masih ada oknum yang dengan sengaja menghembuskan isu SARA hanya karena kepentingan politik di Pemilukada Mamasa 2018 mendatang.
"Demokrat adalah Partai yang melihat perbedaan sebagai sebua berkah. Bukan melihatnya sebagai alat untuk kita terpecah belah. Olehnya itu, kami tentu sangat tidak setuju, dan mengecam siapa pun yang sengaja memainkan isu SARA di Pilkada Mamasa. Pilkada adalah proses politik, biarlah ia berjalan dengan sistem demokrasi yang sehat. Jangan dirusak dengan cara-cara kampungan seperti itu. Jangan juga rusak Mamasa yang saat ini telah berhasil menjaga dan merawat kedamaian masyarakatnya, sekaligus memaksimalkan proses pembangunan di daerah," cetus juru bicara DPD Demokrat Sulawesi Barat, Syamsul Samad. (*)