Aksi Saling Klaim, Kades Bala Balakang ‘Curhat’ di Facebook

Wacana.info
Status Facebook Bahtiar Salam. (Foto/Facebook)

MAMUJU--Aksi klaim kepemilikan kepulauan Bala Balakang kembali menyeruak. Itu setalah Pemerintah provinsi Kalimantan Timur mengesahkan Perda RTRW dan memasukkan Bala Balakang (disebut Balabalagan) ke dalam wilayah administratif Kalimantan Timur. 

Isu saling klaim kepemilikan gugusan pulau di semenanjung Selat Makassar itu bisa jadi alasan Bahtiar Salam, Kepala Desa Bala Balakang Timur hingga akhirnya mencurahkan isi hatinya di media sosial.

Di akun facebook kepunyaannya, Bahtiar sedikit mengungkap sejarah bagaimana awal mula Bala Balakang masuk ke dalam wilayah administrasi kabupaten Mamuju.

"Satu sejarah yang harus dipahami oleh kita semua. Bahwa Bala Balakang masuk sbagai wilayah Mamuju Sulbar itu tidak secara alami. Tapi dengan tetesan darah dan jiwa para pejuang nenek moyang kita dari Tubo Majene," tulis Bahtiar di akun facebooknya.

Di status yang ia unggah kemarin tersebut, Bahtiar juga mengungkap sejarah singkat seputar apa siapa dan bagaimana hingga Bala Balakang itu masuk ke dalam wilayah administrasi kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

"Dan hanya 2 orang tokoh pejuang yaitu Pua Biaya dan Pua Aco. Peristiwa ini terjadi sekitr tahun 1865 M. Banyak pasukan dari kerjaan Bajo Kaltim mati terbunuh. Hingga panglima perangnya yang bersuku Dayak dikubur hidup-hidup oleh Pua Aco karena tidak bisa dibunuh dengan benda tajam karena kebal.  Bahkan ada 1 pulau kecuil yang diberi nama Karang kayu Mate atau karang kayu mati. Kenapa diberi nama seperti itu, menurut salah satu cucu langsung Pua Aco (Jaenuddin) karena bangkai yang berserakah setelah terjadi perang pada saat itu ibarat kayu mati atau kayu bakar yang tersusun. Begitu banyaknya korban. Dan Alhamdulillah pada saat itu perang terjadi tak satupun nenek moyang kita yang gugur dalam peperangan. Walaupun  1 orang (Pua Aco) banding  melawan dengan jumlah ratusan orang Bajo Kaltim," tuturnya masih di status facebook yang sama.

Pria yang bakal mengakhiri jabatan kepala desa Bala Balakang Timur pada April ini juga menyebut, perjuangan serta semua yang telah terjadi di masa lampau itu seharusnya bisa jadi pertimbangan pemerintah untuk memperhatikan kehidupan masyarakat di kepulauan Bala Balakang.

"Itulah sejarah perjuangan singkat nenek moyang kita yang seharusnya dihargai dengan memberikan perhatian khusus untuk wilayah Bala Balakang ini. Dengan rasa sedih saya menulis status ini, karena mengingat masih banyak pemangku kebijakan di Pemprov Sulbar dan kabupaten Mamuju ini baik eksekutf maupun legislatif yang tidak memberikan perhatikan khusus, hingga banyak msyarakat terabaikan," sesalnya.

Satu permasalahan yang menurutnya perlu penanangan cepat, sebut Bahtiar ialah ancaman abrasi. Ia mengungkapkan, abrasi di Bala Balakang bukan tidak mungkin menenggelamkan masyarakat yang bermukim di sana.

"Abrasi pantai semkin mengancam. Hingga seolah-olah Dinas PU Pemprov maupun kabupaten buta mata tanpa ada rasa iba dan peduli terhadap semua ini. Terimah kasih," tutup Bahtiar Salam di akun facebooknya. (A/Naf)