Refleksi dari Dua Kasus Pembunuhan yang Mengguncang Sulbar

MAMUJU--Sulawesi Barat tidak aman. Narasi yang belakangan berkembang di tengah masyarakat usai dua kasus dugaan pembunuhan terjadi di rentang waktu yang begitu dekat.
Pertama, kasus dugaan pembunuhan yang terjadi di Desa Sarjo, Kecamatan Sarjo, Kabupaten Pasangkayu. Mayat seorang karyawati koperasi berinisial HJ (19) ditemukan di kebun kelapa pada Sabtu (20/9). Korban yang sebelumnya dilaporkan hilang itu, ternyata tewas dibunuh oleh R (32), suami dari nasabah yang hendak ditagih angsuran kredit.
Kedua, pihak kepolisian menemukan proyektil di kepala pria bernama Husain (35) yang ditemukan tewas. Husain diduga ditembak di Kabupaten Polewali Mandar. Kassusnya sendiri terjadi di Desa Lagi-Agi, Kecamatan Campalagian. Korban ditemukan dalam kondisi bersimbah darah diduga akibat tertembak di dalam mobil yang terparkir di pinggir jalan.
Nur Salim Ismail mengaku prihatin dengan kejadian yang sangat memilukan itu. Deretan kasus di atas, kata dia, menandakan katup sosial yang kian retak. Tidak lagi menjadi pengaman, atau pengayom.
"Lembaga sosial budaya dan agama yang menjadi bagian dari katup sosial ini memiliki peran, sesungguhnya perlu untuk direfleksi kembali," terang Nur Salim Ismail, Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Sulawesi Barat, Selasa (23/09) malam.
Masih oleh dia, katup sosial lainnya adalah kekuatan personal para tokoh yang boleh jadi makin tergerus daya tegurnya. Atau kian tidak menghadirkan fungsi pelayan dan pelindung umat.
"Karena itu, selain pemenuhan supremasi hukum, hal yang perlu terus diingat, bahwa desain sosial dan budaya kita perlu untuk direfleksikan kembali peran dan eksistensinya dalam konteks kekinian," demikian Nur Salim Ismail.
Sisi Psikologis Pelaku Pembunuhan
Pembunuh kebanyakan adalah orang yang memiliki masalah mental dan sakit secara emosional. Penyebabnya beragam dan ini menimbulkan kesedihan yang mendalam, depresi, atau rasa putus asa.
Ilustrasi
Dilansir dari Psychology Today, perasaan di atas bisa muncul akibat pengalaman buruk yang beruntun atau terus menerus disertai dengan sedikitnya pengalaman baik yang dialami. Hal ini membuat empati seseorang tidak berkembang dengan baik dan membahayakan dari sisi emosional.
Berikut ini adalah beberapa kejadian yang bisa menjadi risiko penyebab orang membunuh:
1. Agresi di dalam keluarga
Anak yang mengalami perundungan atau kekerasan di rumahnya, cenderung tumbuh menjadi orang yang melakukan kekerasan di masa depan. Salah satu risiko bentuk kekerasannya adalah pembunuhan. 2. Pengalaman diabaikan Anak yang pernah mendapatkan pengalaman diabaikan, cenderung akan tumbuh dengan luka yang sulit sembuh. Hal ini bisa memicu kerusakan fungsi otak jangka panjang.
3. Keterikatan dalam hubungan
Seseorang yang ketika dalam proses tumbuh dan pematangan emosi tidak memiliki keterikatan hubungan yang baik, cenderung memiliki model hubungan yang destruktif ketika sudah dewasa. Untuk membangun keterikatan yang baik, seseorang harus merasakan empat hal: merasa aman di lingkungannya, merasa dihargai, merasa ditenangkan ketika mengalami suatu emosi, dan merasa aman.
4. Malu
Rasa malu yang mendalam biasanya muncul ketika seseorang mengalami perundungan, baik secara kata-kata ataupun fisik. Biasanya seseorang mengalami ini karena status sosial atau ras. Jika ini terjadi dalam waktu yang lama, bisa jadi ini menimbulkan rasa trauma dan memicu aksi pembunuhan tersebut. Berdasarkan pembahasan di atas, penting sekali untuk mengobati trauma yang dialami oleh seorang anak agar ia bisa tumbuh menjadi seorang yang bisa mengontrol dirinya. Bagian trauma ini yang biasanya tidak dilihat oleh masyarakat sehingga langsung melabeli pembunuh dengan kata-kata keji.
Pada sebagian kasus orang dewasa, hilangnya kemampuan mengontrol diri ini bisa diobati. Namun, prosesnya tentu tidak bisa sebentar dan membutuhkan kesadaran. Penelitian menunjukkan bahwa otak memiliki hubungan erat dengan pengalaman. Jika Anda mengubah pengalaman yang Anda dapatkan mulai hari ini, maka Anda juga bisa mengubah persepsi otak Anda untuk beberapa tahun ke depan. (*/Naf)