Advertorial

Membaca Suhardi Duka lewat 'SDK Mendayung dari Hulu'

Wacana.info
(Foto/Dinas Kominfo, Persandian dan Statistik)

MAMUJU--Buku dengan judul 'SDK Mendayung dari Hulu' jadi materi utama yang didiskusikan di gedung perpustakaan daerah Provinsi Sulawesi Barat Senin, (30/06). Sebuah buku yang ditulis Sofa Nurdiyanti itu mulai diususn tahun 2023 dan mengulas perjalanan politik Gubernur Sulawesi Barat, Suhardi Duka.

Buku ini bukanlah sebuah biografi. Buku yang mengulas perjalanan Suhardi Duka salam dunia politik, sosok yang bukan berasal dari kalangan bangsawan, bukan pula dari orang tua yang berada. 

Orang tua Suhardi Duka hanyalah pegawai negeri biasa sekaligus petani. Tapi dengan tekad yang kuat, Suhardi Duka sukses dalam dunia politik. 

"Kebetulan buku yang dibedah ini adalah buku saya. Saya katakan kenapa harus buku saya, buku yang lain lah, tapi dia minta supaya buku saya. Oke. Tidak salah juga," beber Suhardi Duka yang turut hadir pada agenda itu.

13 belas tahun menjadi seorang pegawai negeri dengan pangkat IIID, Suhardi Duka keluar dari zona nyaman. Mencoba peruntungan di dunia politik, yang dianggap sebagai passion-nya. 

Suhardi Duka memulai karir politik menjadi Ketua DPRD Kabupaten Mamuju periode 2000–2005, lalu sebagai Bupati Mamuju selama dua periode yaitu periode 2005–2010 dan 2010–2015. Di tahun 2018, Ketua Demokrat Sulawesi Barat harus menerima kenyataan. Ia kalah dalam pertarungan Pilgub Sulawesi Barat. Lalu lalu ditahun 2019, ia berhasil duduk menjadi salah satu anggota DPR RI hingga tahun 2024. Kemudian di Pilkada serentak 2024 kemarin, ia terpilih menjadi Gubernur Sulawesi Barat mengalahkan tiga pasang kompetitornya. 

Sederet capaian yang diraih dalam perjalanan politik di atas bukan sesuatu yang mudah. Tapi diraih dengan penuh perjuangan berdasarkan landasan-landasan yang diajarkan orangtuanya serta landasan hidup yang berakar dari budayanya.

"Yang ingin saya sampaikan dalam buku ini. Suhardi Duka anak rakyat. Anak biasa. Tidak ada yang bisa diandalkan. Saya tidak bisa mengandalkan nama keluarga saya. Bapak saya pegawai kecil dan petani, ibu saya petani. Saya bukan bangsawan, bukan orang kaya. Artinya siapapun anda, Anda bisa jadi Gubernur," beber Suhardi.

Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Sulawesi Barat, Khaerudin Anas mengatakan bahwa buku ini mendapat respons positif dari Perpusnas karena sarat dengan nilai-nilai perjuangan, semangat pantang menyerah, dan inspirasi kepemimpinan yang lahir dari kalangan biasa.

"Yang kedua, selain mendorong indeks literasi kita kita juga berharap bahwa akan muncul pemimpin-pemimpin baru dari generasi muda yang memiliki semangat juang seperti yang ditulis dalam buku ini yang tentu sangat menarik dari perjalanan dari bapak Suhardi Duka," ujarnya. 

Buku tersebut juga di kirim ke Perpusnas dan menjadi buku koleksi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Ada satu satu kutipan yang menarik perhatian Perpusnas kata Khaerudin Anas: Kalau kau jatuh, cepat-cepatlah kau bangkit, jangan tunggu orang untuk kasih berdiri kau .

"Dan bagi yang ingin menjadi politisi handal, salah satu yang menarik beliau katakan dalam buku ini : Politik bukan ruang gelap, tetapi bisa dihitung ". Bayangkan ini seorang maestro politik bertangan dingin sudah menuliskan itu," ungkapnya.

"Menarik buku ini, saya tidak memuji buku ini tetapi terus terang Perpusnas menganggap bahwa buku ini sangat inspiratif bahkan diharapkan kepada kami untuk bisa memperbanyak tidak hanya untuk di Sulbar tapi juga untuk diedarkan ke provinsi lain," tambahnya.

Olehnya, Khaerudin Anas berharap agar buku tersebut dapat dibaca oleh kalangan generasi muda karena banyak mengandung motivasi dan dapat menjadi inspirasi dalam perjalanan hidup. (*/Naf)