Mendorong Terbentuknya Komite Ekonomi Kreatif di Sulbar

Laporan: Muhammad Akbar
MAMUJU--Peringatan Hari Film Nasional salah satu digelar oleh komunilkast film lokal Mamuju, Pitu Sinema. Bertempat di Ngalo Rock cafe, Karema, Mamuju, sejumlah agenda pun digelar di event yang bertajuk 'Ngabarin Film' (Ngabuburit Bareng Insan Film), Sabtu (30/03).
Buka puasa bersama, nontong bareng, serta diskusi seputar dunia perfilman jadi tiga item kegiatan di event Ngabarin Film tersebut. Selain dihadiri oleh sebagian besar peserta kelas film Manakarra, event tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari sejumlah komunitas kreatif yang ada di Kabupaten Mamuju.
Sebagai satu dari 17 subsektor ekonomi kreatif, dunia perfilman di Mamuju dan Sulawesi Barat secara umum idealnya juga memperoleh perhatian dari banyak pihak. Sayangnya, Sulawesi Barat hingga kini belum memiliki satu lembaga seperti yang telah terbentuk di sejumlah daerah lain di Indonesia; Komite Ekonomi Kreatif.
Tak hanya dunia perfilman saja, di Sulawesi Barat, sektor ekonomi krearif lainnya pun memperlihatkan pertumbuhan yang terbilang cukup luar biasa. Momentum peringatan Hari Film Nasional itu pun diharapkan bisa menjadi penanda terbentuknya Komite Ekonomi Kreatif di provinsi ke-33 ini.
Hal di atas jadi salah satu poin utama pada diskusi publik yang dihadiri oleh Ketua DPRD Sulawesi Barat, Suraidah Suhardi, Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Barat, Darmawati, Ketua DKKM, Irwan Pababari, Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Barat, Harun Rasjid Parenrengi, serta perwakilan dari Pitu Sinema, Ikhwan Wahid.
Diskusi Seputar Film oleh Pitu Sinema. (Foto/Istimewa)
"Padahal, potensi ekonomi kreatif kita sangatlah besar. Jika itu bisa dimaksimalkan, jelas akan berdampak positif pada upaya perputaran ekonomi masyarakat juga. Nah, kami yang selama ini fokusnya di film berharap agar Komite Ekonomi Kreatif di Sulbar ini bisa dibentuk agar nantinya bisa menjadi wadah bersama bagi 17 subsektor ekonomi kreatif lainnya," urai Ikhwan Wahid.
Suraidah Suhardi yang mengaku baru memperoleh informasi tentang hal tersebut menjelaskan, upaya untuk membentuk Komite Ekonomi Kreatif di Sulawesi Barat akan menjadi satu poin penting di tengah pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang pariwisata tahun 2024 ini.
"Saya juga baru mendengar bahwa Sulbar jadi salah satu provinsi yang belum memiliki lembaga berupa Komite Ekonomi Kreatif. Padahal itu dibutuhkan untuk bisa lebih mendorong lagi sektor ekonomi kreatif kita yang sebenarnya punya potensi yang sangat luar biasa.
Suraidah menambahkan, proses pembahasan Ranperda insisatif DPRD Sulawesi Barat itu mengandung substansi yakni bagaimana mendorong dunia kepariwisataan di Sulawesi Barat, yang mana sektor ekonomi kreatif masuk di dalamnya. Ranperda tersebut diharapkan tuntas di periodisasi anggota DPRD Sulawesi Barat 2019-2024 ini.
Ketua DPRD Sulbar, Suraidah Suhardi. (Foto/Manaf Harmay)
"Sebuah payung hukum yang diharapkan bisa mengakokodir baik itu sektor kepariwisataan maupun ekonomi kreatif di Sulbar. Saya sudah sampaikan agar ini didorong kembali dan disampaikan ke DPRD secara resmi agar kita bisa buat wadahnya agar bisa membantu siapa saja yang berkepentingan di dalamnya," tutup Suraidah Suhardi.
Terkendala Nomenklatur Kelembagaan
Semangat untuk mewujudkan Komite Ekonomi Kreatif di Sulawesi Barat sebenarnya tak pernah padam. Menurut Darmawati, tantangan terbesar yang dihadapi selama ini adalah terkait dengan nomenklatur kelembagaan yang belum tersedia di Dinas Pariwisata selama beberapa waktu terakhir.
"Kita akan berkolaborasi bersama-sama terkait Komite Ekonomi Kreatif yang kita akan bentuk. Dan Alhamdulillah dengan adanya Ranperda ini, itu juga ada di dalamnya. Sehingga di tahun 2025 itu harga mati untuk kita laksanakan" beber Darmawati, kepada WACANA.Info.
Sementara ini Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulawesi Barat tengah mendorong Ranperda untuk dibahas di DPRD Provinsi Sulawesi Barat.
Darmawati pun optimis, Ranperda tentang pariwisata yang sedang digodok itu akan memberi ruang bagi terbentuknya Komite Ekonomi Kreatif di Sulawesi Barat.
'Dengan adanya regulasi itu, sudah terbuka ruang untuk kita membuat pelatihan-pelatihan secara umum terkait 17 subsektor ekonomi kreatif," begitu kata Darmawati.
Jadi Ajang Sambung Rasa
Event Ngabarin Film hari itu jadi momen yang sangat berhargaa, tak cuma bagi Pitu Sinema saja. Agenda tersebut juga jadi ajang sambung rasa bagi beberapa pelaku ekonomi kreatif lainnya di Sulawesi Barat, Mamuju secara khusus.
Foto Bersama usai Event Ngabari Film oleh Pitu Sinema. (Foto/Istimewa)
Irwan Pababari menilai, selain memperingati Hari Film Nasional, momentum itu juga jadi simbol keterikatan antara pelaku ekonomi kreatif dengan para pemangku kebijakan di sektor ekonomi kreatif untuk bersama-sama berkomitmen memajukan sektor ekonomi kreatif di Sulawesi Barat.
"Kami hormat sama semuanya yang telah bergerak di sektor ini. Ini daerah yang terbilang masih muda, tapi kita sudah dipenuhi oleh talenta yang sangat luar biasa. Faktanya ada banyak karya film yang sudah kita buat. Film ada sebuah karya seni. Di dalamnya ada Ssni suara, teater, musik, fashion, semuanya masuk dalam film. Sehingga karya ini luar biasa. Ia akan meninggalkan inspirasi bagi siapa saja yang menontonnya. Saya kira Ini adalah monumen yang kita harus dukung bersama," ucap Irwan Pababari. (*/Naf)