Natal, Tahun Baru serta Pemilu 2024

MAMUJU--Hari Raya Natal serta perayaan pergantian tahun, dua momentum yang hampir pasti menyedot banyak perhatian bangsa belakangan ini. Dua momentum yang beririsan dengan tahapan Pemilu tahun 2024 menuntut semua pihak untuk sama-sama mengambil bagian dalam menggaransi kondusifitas daerah.
Hal itu disampaikan Ketua DPRD Sulawesi Barat, Suraidah Suhardi. Kata dia, masyarakat dituntut untuk lebih bijaksana lagi dalam menyikapi momentum Hari Raya Natal, perayaan pergantian tahun yang beririsan dengan mulai panasnya atmosifir politik jelang pelaksanaan Pemilu tahun 2024.
"Kita perlu bijaksana dalam menyikapi suasananya. Karena ketiganya berpeluang menjadi momentum yang bisa menimbulkan gesekan kalau tak disikapi dengan bijak," tutur Suraidah dalam keterangan tertulisnya, Minggu (24/12).
Politisi Partai Demokrat itu berharap, masyarakat dapat menahan diri dari ekspresi yang berlebihan untuk ketiga momentum tersebut. Baik untuk momentum keagamaan, perayaan tahun baru, maupun momentum politik.
"Mari saling menjaga kondusifitas di daerah," tutup Suraidah Suhardi.
Kemuliaan Bagi Allah dan Damai Sejahtera di Bumi
'Kemuliaan bagi Allah dan damai sejahtera di bumi' adalah nafas utama pada perayaan Natal tahun 2023 ini. Pesan damai tersebut diharapkan tak sekadar berhenti di internal umat kristiani saja.
Pdt Simon Topangae. (Foto/Net)
Kedamaian adalah sesuatu yang disemogakan dapat mewujud di tengah kehidupan sosial seluruh masyarakat. Utamanya di jelang pelaksanaan Pemilu tahun 2024.
"Kita berharap damai itu tidak hanya berlaku bagi internal kaum Kristiani, tapi damai secara menyeluruh dalam masyarakat. Termasuk damai dalam mempersiapkan diri menyambut Pemilu 2024," terang kretua forum komunikasi gereja-geraja Mamuju, Pdt Simon Topangae.
Kepada WACANA.Info, Pdt Simon menjelaskan, tanggung jawab untuk mewujudkan kedamaian di tengah masyarakat adalah sesuatu yang melekat di diri masing-masing umat kristiani. Monentum Natak tahun 2023 ini diharapkan mampu menjadi penanda dalam mewujudnyatakan hal tersebut.
"Juga diber itanggung jawab untuk memberitakan perdamaian itu. Mengambiul peran, tidak hanya mengumandangkan sebagai tema, sebagai perayaan, sebagai momen penting saja. Tetapi betul-betul warga gereja ikut melaksanakan dan mewujudnyatakan yang namanya perdamaian," sambung dia.
"Kita saebagai tokoh agama juga harus menjadi garda terdepan untuk menyuarakan perdamaian di tengah bangsa ini. Yang paling penting di jelang pelaksanaan Pemilu tahun 2024 mendatang," pungkas Pdt Simon Topangae. (*/Naf)