Ekonomi

Fenomena Perilaku Ekonomi; Cari Uang di Sulbar, Belanja di Luar

Wacana.info
Akademisi Unhas, Dr. Madris. (Foto/Manaf Harmay)

MAMUJU--Fenomena perilaku ekonomi masyarakat Sulawesi Barat jadi hal yang menjadi perhatian khusus dari akademisi Universitas Hasanuddin (Unhas), Dr. Madris. Ketua program doktoral, ilmu ekonomi Unhas itu menilai, ada yang menarik dari pola perilaku ekonomi dari mayoritas masyarakat kelas menengah ke atas yang ada di Sulawesi Barat.

Dr. Madris telah menginisasi dua kali riset sebelum mengambil satu kesimpulan terkait pola perilaku ekonomi masyarakat Sulawesi Barat. Menurutnya, masyarakat Sulawesi Barat lebih sering menghabiskan uangnya di luar daerah, katakanlah Makassar, Sulawesi Selatan. 

Untuk sampai ke asumsi itu, Dr. Madris telah melakukan setidaknya dua kali riset. Pertama di periode tahun 1980-an. Kata dia, kala itu, mayoritas petani cengkeh di Sulawesi Barat bakal ke Makassar untuk memenuhi berbagai kebutuhannya usai setelah panen.

"Dulu itu, masyarakat kita akan ke Makassar untuk potong rambut, Masuk salon kalau selesai panen cengkeh. Fenomena itu yang kita temukan kala itu," ucap Dr. Madris saat menjadi pembicara di forum rapat asistensi kawasan strategis dan nasional di salah satu hotel di kota Mamuju, Kamis (20/07).

Perilaku ekonomi, mencari uang di daerah kemudian membelanjakannya di luar daerah, rupanya masih berlaku hingga kini. Dr. Madris, pria asli Majene itu menambahkan, akan sangat mudah menemukan warga Sulawesi Barat di Kota Makassar di akhir pekan.

"Jadi kalau kita mau ke Makassar di hari Jumat, kendaraan umum itu biasanya penuh-penuh. Sama halnya kalau mau ke Sulbar di malam Senin, pasti penuh kendaraan umum itu. Fenomena ini mayoritas berlaku di kalangan ASN di Sulbar. Itu artinya, perputaran uang lebih banyak menetesnya di Makassar, bukan di Sulbar," sambung Dr. Madris.

Bagi Dr. Madris, fenomena tersebut jelas akan berdampak negatif pada geliat perekonomian lokal Sulawesi Barat. Itu karena uang itu tak berputar di daerah.

"Menurut saya, investor harus masuk. Ini penting supaya geliat perekomian itu bisa lebih terasa di lokal. Hanya saja permasalahannya jumlah penduduk di Sulbar itu terbilang masih kecil, masih sedikit. Jadi investor itu jelas akan menjadikan populasi penduduk sebagai salah satu indikator. Yang jelas bagi saya, sangat disayangkan memang kalau uangnya itu tidak menetes di sini di Sulbar," pungkas Dr. Madris. (Naf/B)