Nasir, Potret PPDP yang Bekerja di Daerah Terpencil

Wacana.info
(Foto/kpu-mamuju.go.id)

MAMUJU--Namanya Nasir. Pria paruh baya yang diamanahi tugas sebagai Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP) di Dusun Lempo, Desa Tadui, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju.

Aktif bekerja sebagai PPDP sejak tahapan pemutakhiran data pemilih Pilkada tahun 2020 dimulai pada 15 Juli 2020 yang lalu, Nasir kini menyisakan sedikit pekerjaan sebelum ia benar-benar tuntas dengan tanggung jawabnya itu.

Dusun Lempo, tempat Nasir berdomisili itu jauh dari pusat aktivitas Desa Tadui. Jika hendak ke sana, medan yang berat mesti dilalui. Kondisi jalan yang didominasi batu cadas, serta sempitnya jalur, bikin waktu 1 jam lebih waktu yang dihabuskan untuk menuju lokasi itu via motor bebek yang telah dimodifikasi.

Ditemui dalam agenda monitoring dan evaluasi Kinerja PPDP akhir pekan kemarin, Nasir mengaku hanya mampu melakukan pencocokan dan penelitian (Coklit) data di tujuh sampai delapan rumah dalam sehari. Terbilang sedikit, jika dibandingkan dengan aktivitas Coklit oleh PPDP yang bertugas di wilayah perkotaan.

"Bagaimana mau banyak Pak. Saya hanya bisa mendatangi rumah warga itu kalau pagi sebelum jam 8. Karena kalau sudah di atas jam 8 pagi, warga sudah pergi ke kebunnya. Kalau siang, nanti bisa Coklit kalau waktu makan siang. Sama malam, itu pun cuma sampai jam 8 atau jam 9 malam, karena kalau di atas jam begitu, warga sudah tidur semua," urai Nasir, pria asli Barru yang sejak tahun 2010 telah berdomisili di Lempo, Tadui itu.

Dikutip dari kpu-mamuju.go.id, kondisi geografis dusun Lempo memang didominasi oleh dataran tinggi, berbukit. Jarak antara rumah satu dengan rumah yang lainnya di lokasi itu cukup jauh. Bahkan ada yang sampai terpisah satu Kilometer bahkan lebih. Hampir semua penduduk Lempo berprofesi sebagai petani.

Karena beratnya medan yang mesti dihadapi Nasir itu hingga ia tak lagi sempat untuk menggunakan atribut PPDP saat melakoni tugas Pencoklitan ke rumah-rumah warga. Buktinya, saat agenda monitoring dan evaluasi tersebut, tampak Nasir baru mengambil atribut PPDP-nya dari dalam lemari.

"Bagaimana mau pakai seragam, kondisi medan yang saya hadapi seperti ini. Tidak mungkin saya mau pakai kaos PPDP lengan panjang warna putih seperti ini, sementara rumah yang mau saya datangi rata-rata di atas gunung. Jaraknya jauh lagi. Pasti kotor kalau saya pakai itu. Jadi memang jarak saya pakai," urai Nasir.

Hanya ada satu TPS di dusun Lempo itu. Dari pengakuan Nasir, jumlah pemilih di TPS tersebut tak sampai 100 orang. Ia optimis target Coklit yang dibebankan kepadanya akan selesai sebelum tahap pemutakhiran data pemilih selesai di tanggal 13 Agustus 2020.

"Selesai ji Pak. Karena sisa berapa rumah lagi ini saya mau datangi," tutup Nasir. (*/Naf)