Hamzah: Tanpa Becak, Mungkin Saya Tidak Bisa Sekolah

Wacana.info
Hamzah dengan Becaknya saat Menghadiri Wisuda UT di Majene. (Foto/Rumi)

MAJENE--Sebanyak 350 mahasiswa mengikuti wisuda yang digelar Universitas Terbuka (UT) Majene, Minggu (18/11). Satu wisudawan UT tersebut adalah Muammad Hamzah, pria yang sehari-hari juga bekerja sebagai tukang becak.

Sebagai ungkapan rasa syukur atas gekar akademiknya, Hamzah pun rela mengayuh becaknya dengan sang Ibu sebagai penumpangnya menuju lokasi wisuda di gedung Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Sulawesi Barat, Majene.

Wajah sumringah yang jelas terlihat di wajah Hamzah bukti betapa ia bahagia atas gelar baru yang resmi ia sandang.

Hamzah, tidak tumbuh dan besar dari keluarga yang mapan. Di dalam keluarganya, Hamzah seorang yang mampu menyelesaikan jenjang pendidikan hingga Perguruan Tinggi. Ibu Hamzah, Nur Samiah hanya seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari menjual kue tradisional, sementara sang ayah, Usman, sejak 2014 lalu telah meninggal dunia.

Anak bungsu dari tujuh bersaudara itu mengaku, untuk membiayai kuliahnya, ia hanya mengandalkan profesinya sebagai tukang becak. Termasuk kerja-kerjaan lain yang biasa ia lakoni.

"Sejak kelas lima SD hingga SMA dan kemudian kuliah biayanya dari mengayuh becak. Tanpa becak, mungkin saya tidak bisa sekolah," Hamzah mengungkapkan.

Agar tidak menggangu aktivitas kuliahnya, pria yang mengambil jurusan Manajemen di UT itu memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Setiap kegiatan, jika memungkinkan dilakukan dalam waktu bersamaan.

Selain mengayuh becak, Hamzah pun tak jarang bekerja sebagai buruh bangunan. Bahkan pernah menjadi pemulung barang rongsokan.

Di atas becaknya terselip sejumlah buku bacaan. Dia bilang, buku itu untuk menyebar virus literasi.

"Bukunya dari berbagai teman dan sumbangan dari pencinta literasi lainnya," tutur Hamzah.

Selepas wisuda, Hamzah yang juga aktif di beberapa organisasi kepemudaan itu punya mimpi untuk membuat kampung Mandar. Tujuannya untuk mempromosikan suku Mandar secara lebih komperhensif.

"Agar masyarakat luas tidak salah menginterprestasikan suku Mandar di kemudian hari," ujar Hamzah.

Rektor UT, Prof. Ojat Darojat turut hadir di wisuda tertsebut. Ketua Panitia pelaksana Wisuda UT, Safriansyah mengatakan, para mahasiswa yang diwisuda berasal dari berbagai kabupaten di Sulawesi Barat.

"Dari 350 wisudawan, dua orang merupakan mahasiswa S2 Magister Administrasi Publik dan selebihnya adalah mahasiswa PGSD S1 yang berprofesi sebagai guru kelas di Sekolah Dasar," jelas Safriansyah. (Rumi/A)