Kata Mereka Soal Rencana Renovasi ‘Mamuju City’
MAMUJU--Tak hanya sekali Gubernur Sulawesi Barat, Ali Baal Masdar menyuarakan rencananya untuk merenovasi landmark 'Mamuju City' yang berdiri kokoh di Rujab 'Sapota' Mamuju. Rencana itu pun mendapat sorotan dari berbagai pihak, Muhammad Bakri Bestari dan Marwan Syamsul misalnya.
Muhammad Bakri Bestari yang anggota DPRD Mamuju itu menilai, merenovasi 'Mamuju City' seperti yang dicetus Ali Baal tersebut bukan kebijakan yang sifatnya mendesak, alias tidak subtansi. Menurutnya, banyak hal lain di Sulawesi Barat ini yang jauh lebih penting untuk segera diselesaikan.
"Seperti pembinaan ekonomi kerakyatan, peningkatan jalan-jalan produksi, peningkatan kualitas infrastuktur pertanian bisa. Atau bisa kalau dia berdampak pada pengembangan pariwisata itupun harus jelas apakah di sana masuk dalam kategori kawasan pariwisata atau bukan. Kalau tidak, itu namanya pemborosan. Ngapain bikin-bikin begitu," tutur Bakri, kepada WACANA.Info, Rabu (31/10).
Politisi PKB Mamuju itu menegaskan, esok lusa, jika pada akhirnya rencana merenovasi 'Mamuju City' itu terealisasi, dirinya mengaku bakal mati-matian untuk menolaknya. Terlebih, kata dia, Pemkab Mamuju saat ini mengalami defisit anggaran.
"Kalau saya pasti tidak setuju," begitu kata Muhammad Bakri Bestari.
Terpisah, Sekretaris Wilayah Sapma Pemuda Pancasila (PP) Sulawesi Barat, Marwan Syamsul menjelaskan, idealnya, Gubernur lebih fokus pada hal-hal yang sifatnya lebih mendasar saja yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat saat ini. Seperti soal kesehatan, pendidikan, pertanian dan perdagangan.
"Semakin aneh saja ini pemerintahan. Hampir tidak ada lagi yang mau berpikir tentang hal mendasar yang jadi kebutuhan masyarakat. Gak ada itu gunanya landmark mau dikerja di tengah kondisi ekonomi rakyat yang lesu begini," kata Marwan.
Marwan mengatakan, realitas kehidupan saat ini dimana geliat ekonomi masyarakat yang begitu lesu, mestinya ditanggapi pemerintah dengan melakukan berbagai langkah taktis, operasi pasar misalnya.
"Yang jelas-jelas saja lah," sambung dia.
"Poinnya, saat ini masyarakat rindu dengan kepemimpinan yang kongkrit dalam mengambil keputusan dan mengeluarkan statemen mesti punya dasar. Jangan asal komentar," simpul Marwan Syamsul. (Keto/A)









