Gempa, Serta Kabar Tak Jelas yang Bikin Warga Mamuju Panik

Wacana.info
Kondisi Kepanikan Warga Mamuju di Jalan Angsa, Jalur Menuju Rujab Sapota. (Foto/Rajab)

MAMUJU--Sesaat sebelum adzan maghirb dikumandangkan, Jumat (28/09), gempa bumi mengguncang Mamuju. Guncangannya begitu terasa, hingga hampir seisi kota berhamburan keluar rumah.

Selang beberapa saat, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) via akun twitternya @infoBMKG merilis informasi seputar bencana tersebut. Lembaga negara itu pun menyebut gempat terjadi di 27 Km Timur Laut, Donggala, Sulawesi Tengah pada pukul 17.02 WIB dengan magnitudo 7,7.

Kekuatan gempa yang begitu besar itu pun ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya peringatan dini akan potensi tsunami oleh BMKG.

(Foto/Screenshoot Twitter BMKG)

Di kota Mamuju, selang beberapa saat usai goncangan hebat itu, warga pun berangsur-angsur kembali ke rumah masing-masing. Meski sesekali masih terasa gempa susulan kendati dengan getarang yang tak lagi sedahsyat di awal.

Sekira pukul 18.00 WITA, usai umat muslim melaksanakan sholat maghrib, sebagian besar warga kota Mamuju tiba-tiba saja dilanda kepanikan yang luar biasa. Tidak jelas dari masa sumbernya, yang pasti saat itu sebagian besar warga Mamuju berlarian, menuju ke tempat yang lebih tinggi.

"Ayo pergi, bawa barang yang penting-penting saja. Kita cari tempat yang tinggi, tsunami datang," kata Ajul, ayah satu anak yang saat itu sedang bersama penulis di salah satu rumah di bilangan Karema Mamuju.

"Barusan ada orang lewat naik motor teriak-teriak, tsunami...!. Cepat mengungsi, air laut sudah naik," sambung dia seraya mencotohkan sumber yang ia dapatkan.

Seisi rumah pun bergegas. Membawa barang sedanya, mengunci pintu, lalu bersegera ke tempat yang agak tinggi.

Padahal saat itu, BMKG sudah mencabut peringatan dini tsunami pasca gempa dahsyat di Donggala itu. Warga yang keburu panik tak lagi menghiraukan rilis terbaru BMKG tersebut.

Kepanikan yang luar biasa pun tak terhindarkan. Beberapa titik ketinggian yang ada di kota Mamuju jadi tujuan utama warga yang memilih meninggalkan kediamannya. Salah satunya di kompleks kantor Bupati Mamuju.

Sepanjang jalan menuju kantor Bupati, ratusan (bukan tidak mungkin sampai ribuan) orang memadati beberapa spot di sekitar kantor Bupati Mamuju. Pun dengan kondisi di jalan menuju Rujab Bupati Mamuju 'Sapota' di Anjoro Pitu.

Kondisi Warga Mamuju yang Panik dan Memilih Menuju ke Tempat yang Lebih Tinggi. (Foto/Nurhadi)

Ada juga yang memilih kabur ke pintu gerbang kota Mamuju arah selatan, serta di sekitar stadion Manakarra.

Saat itu, penulis sempat secara langsung memantau kondisi pesisir pantai Mamuju. Tak ada yang aneh menurut penulis. Air laut memang terbilang tinggi, hanya saja itu masih dalam batas wajar. Sebab di jam-jam seperti itu, kondisi air laut memang dalam keadaan pasang.

Kondisi panik semakin diperparah dengan begitu cepatnya arus informasi yang beredar di media sosial. Beberapa warga bahkan menerima kiriman gambar kondisi kota yang sudah mulai terendam air laut. Di tengah kepanikan itu, tak lagi ada waktu untuk memastikan kebenaran informasi tersebut.

(Foto/Screenshoot Twitter BMKG)

"Waspada, Polewali sudah terendam air laut," kata seorang lelaki sambil memegang smartphone-nya di salah satu sisi kompleks kantor Bupati Mamuju.

Sekali lagi, tidak jelas informasinya dari mana. Ia dengan sebegitu mudahnya menerima informasi tersebut, tanpa terlebih dahulu memastikan kebenarannya.

===

Memang, tak ada yang bisa dirasionalkan ketika kita terjebak dalam sebuah kepanikan yang luar biasa. Mendengar kata tsunami saja, pikiran kita hampir pasti melayang jauh ke peristiwa mengerikan yang pernah dirasakan saudara-saudara kita di Aceh sana 2004 silam.

Namun merupakan sebuah kewajiban bagi siapa saja untuk terlebih dahulu memverifikasi sebuah informasi sebelum benar-benar mempercayinya, apalagi sampai ikut menyebarkannya. Bukan hal mustahil, jika informasi seputar tsunami di Mamuju itu sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak yang menyimpan niat buruk.

"Saya menganggap, beberapa masyarakat Mamuju terlalu berlebihan mengkonsumsi informasi," ujar koordinator wilayah Sulawesi Barat, lembaga Milenial Institut, Herlin kepada WACANA.Info.

===

Kepanikan warga pun berangsur reda setelah petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) berpatroli. Menggunakan kendaraan khusus, BPBD malam itu mengumumkan kepada warga Mamuju untuk segera kembali ke kediaman masing-masing, sebab, tsunami memang tidak benar-benar terjadi di Mamuju.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Kapolres Mamuju, AKBP Muhammad Rivai Arvan dan Dandim 1418 Mamuju, Letkol Jamet Nijo. Dengan kendaraan roda dua, keduanya berkeliling kota, menyasar beberapa titik kumpul warga dan mengumumkan agar masyarakat tak perlu panik, sembari meminta mereka untuk kembali ke rumah masing-masing. (Naf/A)