MUI Sulbar: ‘Assamalewuang‘ Cocok Jadi Ikon Kerukunan
MAJENE--Perkembangan kerukunan umat beragama di Sulawesi Barat cukup menggembirakan. Hal ini dibuktikan dengan indeks kerukunan tahun 2016 yang menempatkan Sulbar berada di posisi 69,98 Persen. Uniknya, hingga kini Sulawesi Barat belum memiliki simbol kerukunan sebagai ciri khas bercita rasa kearifan lokal.
Mencermati hal itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Barat, KH. Nur Husain menjelaskan, pada dasarnya Sulawesi Barat memiliki modal kearifan, khususnya dalam hal menjaga dan merawat kerukunan.
"Kita ini punya istilah Assamalewuang. Filosofinya sangat kuat. Saya kira itu tepat kalau dijadikan sebagai ikon Kerukunan di Sulbar," kata Nur Husain, Kamis (21/12).
Kepada WACANA.Info, ulama kharismatik itu mengemukakan, salah satu aspek pendukung laju dan berkembangnya pembangunan ialah karena ditopang oleh partisipasi rakyat.
"Wujud partisipasi itu salah satunya ada pada kerukunan itu," tambahnya.
Sementara itu, Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Sulawesi Barat, Darmansyah merespon positif gagasan tersebut. Sebab menurutnya, istilah Assamalewuang memiliki kemiripan makna dengan konsep Bhinneka Tunggal Ika.
"Assamalebuang berasal dari akar kata malebu. Yang berarti bulat (sependapat). Assamalebuang dibaca 'assamalewuang'. Hukum pengucapan bahasa Mandar: konsonan "b" yang diapit oleh vokal "e" dan vokal "u" diucapkan "w". Assamalebuang yang berarti kebulatan, mengandung makna kepaduan, keutuhan, dan keseluruhan. Jadi hakikatnya ada pada keinginan menyatukan perbedaan dalam semangat persatuan (Assamalebuang)," urai Darmansyah, pria yang juga sebagai Ketua DPRD Majene itu. (*/Naf)