Pembangunan Mesti Selaras dengan Kelestarian lingkungan dan Keluhuran Budaya

MAJENE--Festival Sungai Tubo-Salutambung (FESTA) resmi digelar. Kepala Dinas PUPR Sulawesi Barat, Rachmad yang diutus Gubernur Suhardi Duka untuk menghadiri sekaligus membuka FESTA yangf dipusatkan di Muara Sungai Tubo-Salutambung, Kabupaten Majene, Selasa (17/06).
Pada kesempatan itu, Rachmad menyampaikan salam sekaligus apresiasi dari Gubernur Sulawesi Barat, Suhardi Duka atas pelaksanaan FESTA. Kata dia, Gubernur Suhardi Duka punya komitmen uang utuh dalam mendukung kegiatan tersebut.
Tema utama yang diusung pada pelaksanaan FESTA adalah "Mattayang Tubo, Mattola' Bala". Gubernur, sambung Rachmad, melihat tema tersebut tak sekadar slogan. Ia tak lain jadi jelmaan melainkan jeritan jiwa dan sebuah pernyataan sikap yang berakar dari kearifan terdalam nenek moyang.
"Mattayang Tubo menjaga hidup. Hidup yang dimaksud, menurut Gubernur, bukanlah sekadar napas yang kita hirup, melainkan keseluruhan ekosistem yang menopang kita. Sungai ini adalah sumber kehidupan itu. Bagi kita, orang Mandar, sungai adalah urat nadi peradaban, jalur budaya yang menghubungkan Pitu Ulunna Salu di pegunungan, dengan Pitu Ba'ba Binanga di pesisir," terang Rachmad.
Falsafah agung 'Ma'dodo litak, ma'puhewa Waie', sambung Rachmat adalah wujud nyata atas komitmen menjaga alam yang telah lama mengakar di tengah masyarakat.
"Tanah adalah sarungmu, air adalah bajumu. Filosofi ini mengajarkan bahwa alam adalah pakaian kehormatan kita. Merusak tanah dan air berarti menelanjangi diri kita sendiri, merendahkan harkat yang telah diwariskan dengan penuh perjuangan," sambung Rachmad.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, masih oleh Rachmad, memberi penegasan seputar geliat pembangunan ekonomi yang wajib selaras dengan kelestarian lingkungan dan keluhuran budaya. Gubernur Suhardi, kata dia, menginginkan laju pertumbuhan yang tak meninggalkan luka pada alam dan sejarah.
"Pemerintah akan berdiri bersama rakyat untuk menjaga hidup dengan melindungi setiap jengkal sungai ini, dan bersama-sama kita akan mencegah bencana dengan memastikan tidak ada aktivitas yang mengorbankan masa depan anak cucu kita. Mari kita jadikan festival ini sebagai tonggak solidaritas. Mari kita rapatkan barisan dan satukan hati," pungkas Rachmad.
Pelaksanaan FESTA sendiri bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan solidaritas warga dalam melestarikan sungai Tubo-Salutambung serta merawat ingatan kolektif terhadap nilai historis yang membentuk identitas dan budaya masyarakat yang hidup dibantaran sungai Tubo.
Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 2 hari ini, 17-18 Juni 2025. Diikuti warga Desa Salutambung dan Desa Tubo Poang, serta warga yang terdampak aktivitas pertambangan pasir di Sulawesi Barat, khususnya Silaja, Karossa, Budong-Budong dan Kalukku. Juga terlibat pada event tersebut kalangan mahasiswa se-Sulawesi Barat, LSM, NGO dan komunitas peduli lingkungan dan agraria, sanggar seni dan budaya, Pemerintah Daerah Kabupaten Majene serta Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat. (*/Naf)