Di Dua Titik Berbeda, Gubernur dan Wakilnya Singgung Isu Kemiskinan

MAMUJU--Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Barat, Suhardi Duka dan Salim S Mengga sama-sama memberikan panangannya tentang kemiskinan dengan cara pandang yang berbeda. Keduanya menginisisasi isu tersebut saat menghadiri dua agenda. Di dua titik yang berbeda pula, Selasa (11/02) kemarin.
Saat menghadiri agenda buka puasa bersama yang digelar Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Sulbar, Taslim Tammauni, Suhardi Duka memberi penguatan tentang peran penting kalangan pengusaha dalam upaya mengentaskan kemiskinan di Sulawesi Barat. Di hadapan para pengusaha yang hadir, Suhardi mengatakan, pengusaha berikut investasi yang mengikutinya akan berdampak pada terbukanya lapangan kerja baru, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan pada akhirnya membantu mengurangi angka kemiskinan.
(Foto/Pemprov Sulbar)
“Sulbar membutuhkan pengusaha dan investasi agar lapangan kerja terbuka. Pertumbuhan ekonomi meningkat, dan kita bisa bersama-sama mengentaskan kemiskinan,” beber Suhardi Duka dalam agenda buka puasa bersama yang dipusatkan di kediaman Taslim Tammauni.
Kolaborasi antara pemerintah dengan kalangan pengusaha, masih kata Suhardi, jadi salah satu kunci utama dalam upaya menyelesaikan persoalan angka kemiskinan yang masih tinggi di provinsi ke-33 ini.
“Kita memiliki tujuan yang sama, yaitu membangun ekonomi daerah. Jika ada hambatan dalam berinteraksi dengan pemerintah provinsi, sampaikan kepada saya. Kami akan berusaha memfasilitasi,” tegas Suhardi Duka.
Memupuk Kedermawanan
Masjid An-Nur, Karema, Mamuju terlihat ramai tak seperti malam-malam Ramadan sebelumnya. Rupanya, Wakil Gubernur Sulawesi Barat, Salim S Mengga berinisiatif untuk melaksanakan salat Isya dan salat tarawih secara berjamaah di masjid sederhana itu.
Atribut ulama kharismatik yang begitu melekat di diri Salim S Mengga bikin ia didaulat untuk membawakan ceramah sambil usai pelaksanaan salat Isya. Di mimbar ceramah itu lah Salim menyampaikan isu kemiskinan dalam perspektifnya.
Dalam sebuah kisah sahabat Rasulullah SAW yang diutarakannya, Salim S Mengga menyampaikan betapa sia-sia nilai amalan ibadah seorang hamba tanpa dibarengi dengan pemenuhan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang seorang manusia; makhluk sosial.
(Foto/Pemprov Sulbar)
"Seorang hamba yang berkali-kali melakoni ibadah haji, tak akan memperoleh nilai pahala apa-apa. Jika dibandingkan dengan seorang tukang sol sepatu yang rela mengorbankan hartanya untuk berbagi kepada mereka yang membutuhkan bantuan," tutur Salim S Mengga.
Salim pun mengambil hikmah dari kisah yang disampaikannya itu. Membawanya ke konteks kehidupan sosial masyarakat di Sulawesi Barat. Dimana angka kemiskinan ekstrem yang terbilang masih sangat tinggi.
"Padahal, dari 200 Juta lebih penduduk di Indonesia, 80 Persen itu adalah umat muslim. Saya kira, persoalan kemiskinan khususnya kita di Sulbar ini sangat mungkin untuk kita atasi, jika kita benar-benar menjadi bulan Ramadan ini tak sekadar masa memperbanyak ibadah verikal saja. Yang juga tak kalah penting adalah bagaimana Ramadan ini dapat dijadikan momentum memperbaiki akhlak kita sebagai manusia, sebagai makhluk sosial. Sebab esensi dari Islam adalah akhlak, bukan yang lain," urai Salim S Mengga.
"Mari bersama-sama memanfaatkan bulan suci Ramadan ini dengan berlomba memupuk sifat kedermawanan kita semua," demikian Salim S Mengga.
Dari catata Badan Pusat Statistik Maret 2024, persentase penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Sulawesi Barat sebesar 11,21 Persen atau turun 0,28 Persen poin dibandingkan dibandingkan Maret 2023. Secara absolut, jumlah penduduk miskin Provinsi Sulawesi Barat pada bulan Maret 2024 sebanyak 162,19 Ribu jiwa, mengalami penurunan sebesar 1,95 Ribu jiwa jika dibandingkan dibandingkan Maret 2023. (*/Naf)