Menuntut Keterlibatan Banyak Pihak di Launching 'Kale-Kale'

MAMUJU--"Sangat luar biasa. Teman-teman di Mamuju ini punya talenta yang luar buasa. Mudah-mudahan pemerintah bisa hadir di dalamnya. Kita harus beri apresiasi kepada apa yang diinisasi teman-teman ini. Ini sekaligus membuktikan sumber daya perfilman di Mamuju tidak kalah dengan yang ada di daerah lain,".
Hal tersebut disampaikan Maradika Mamuju, Bau Akram Dai usai menghadiri launching tiga film yang diproduksi oleh kelas film Manakarra angkatan kedua, Minggu (18/02) malam. Tak cuma pemerintah saja, Bau Akram Dai pun berharap stakeholder lainnya juga terlibat dalam mendukung aksi dan gerakan yang diinisiasi oleh komunitas film Mamuju, Pitu Sinema itu.
"Mereka punya bakat, punya kemampuan yang luar biasa. Kita harus dorong mereka semua. Pemerintah serta seluruh stakeholder baiknya hadir di tengah-tengah mereka. Semua stakeholder harus memberikan ruang kepada teman-teman kreatif ini," ucap Bau Akram Dai usai launching tiga film yang dipusatkan di Ngalo Rock Cafe, jalan Andi Makkasau, Karema, Mamuju itu.
Apresiasi atas karya yang diproduksi oleh kelas film Manakarra angkatan kedua itu juga datang dari Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat, Darmawati. Di tempat dan di momentum yang sama, ia mengatakan, hadirnya pemerintah serta sejumlah stakeholder lainnya di tengah komunitas kreatif di Sulawesi Barat adalah sebuah keharusan.
"Ketiga film ini ini memberikan pesan moril yang luar biasa kepada publik. Pemain, sutradara serta seluruh pihak yang ada di balik produksi film ini sungguh luar biasa. Sangat tidak bijak rasanya jika hal seperti ini tidak kita beri ruang untuk terus berkarya. Kalau pemerintah tidak hadir di tengah-mereka, tidak bijak rasanya," beber Darmawati.
Foto Bersama Peserta Kelas Film Manakarra Angkatan Kedua usai Launching. (Foto/Adhap)
Tiga film dari kelas film Manakarra angkatan kedua itu berjudul, 'Simpang Jalan', Haruskah ?', serta 'Pulang'. Seluruh proses kreatif dari ketiga film tersebut dilakukan tak lebih dari tiga bulan. Boleh jadi, karena alasan itu juga hingga launching tiga film tersebut diberi tagline launching 'kale-kale', sebuah istilah lokal untuk menggambarkan sesuatu yang terjadi saecara tiba-tiba alias dadakan.
"Yang tiba-tiba saja sudah seperti ini, bagaimana kalau tidak secara tiba-tiba ?. Bulan delapan teman-teman Pitu Sinema juga akan mengadakan Manakarra Film Festival yang semoga bisa jadi momentum kebangkitan indstri perfilman di Sulawesi Barat," pungkas Darmawati.
Pemicu Kebangkitan Industri Perfilman di Sulbar
Launching 'kale-kale' untuk tiga film karya kelas film Manakarra angkatan kedua malam itu dihadiri oleh ratusan orang. Pitu Sinema sedianya hanya menyediakan 80 kursi untuk para penonton. Meski pada kenyataannya, momentum tersebut bikin sejumlah orang terpaksa berdiri hingga ke gerbang utama Ngalo Rock Cafe.
Dewan pembina Pitu Sinema, Ikhwan Wahid sebegitu optimisnya dengan tingginya antusiasme pengujung launching film tersebut. Baginya, hal itu membuktikan bahwa dunia perfilman di Sulawesi Barat mulai jadi segmen yang mampu menarik animo masyarakat.
"Ada harapan terbesar kami. Kita berharap melalui kegiatan kelas film ini dapat menjadi sebuah pemicu kebangkitan industri perfilman di Sulbar. Semua pihak, tak cuma dari teman-teman yang ada di Pitu Sinema, kawan-kawan kreatif lainnya saja, pemerintah dan seluruh stakeholder pun idealnya mesti ikut terlibat membantu gerakan ini," begitu kata Ikhwan Wahid. (*/Naf)