Menuju Pemilu 2024

AAS dan Suraidah Komentari Spanduk Penolakan Anies di Mamuju

Wacana.info
Anwar Adnan Saleh dan Suraidah Suhardi. (Foto/Istimewa)

MAMUJU--Spanduk penolakan kedatangan Anies Baswedan di Sulawesi barat mulai bertebaran di sejumlah titik di kota Mamuju(27/1). Aksi tersebut diduga keras dilatarbelakangi oleh kian intensnya mantan Gubernur DKI Jakarta itu disuarakan sebagai bakal calon presiden di Pilpres 2024 nanti.

"Anies perusak moral bangsa dengan membawa politik identitas untuk jadi Capres. Tolak Anies jadi Capres untuk datang ke Mamuju,". Begitu tulisan salah satu spanduk penolakan Anies yang terpasang di salah satu sudut kota Mamuju. Ada juga spanduk penolakan Anies dengan redaksi berbeda; "warga Mamuju tidak butuh Anies Baswedan yang suka memecah belah masyarakat," begitu spanduknya tertulis diserta foto Anies dengan coretan silang di wajahnya.  

NasDem, salah satu partai politik pengusung Anies Baswedan pun bersuara. Anwar Adnan Saleh menilai, baliho penolakan Anies tersebut merupakan reaksi atas rasa takut yang berlebihan dari kelompok tertentu. Takut melihat trend penerimaan publik atas pencalonan Anies yang terus menanjak.

"Tapi itu tidak bisa (menolak Anies Baswedan). Anies ini diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Bagi saya, baliho-baliho itu adalah bagian ketakutan yang berlebihan oleh kelompok tertentu," kata Anwar Adnan Saleh, Ketua DPW NasDem Sulawesi Barat saat dihubungi, Jumat (27/01).

Salah satu alasan kiat menguatnya posisi Anies menuju Pilpres 2024, sambung Anwar, adalah karena kian kokohnya pertalian koalisi perubahan. Koalisi yang diinisasi oleh NasDem, Demokrat dan PKS.

"Dimana-dimana Anies berjalan di Indonesia, itu seluruhnya dterima baik di masyatakat. Dengan makin menguatnya koalisi perubahan, makin mengerucut itu. Itu juga yang membuat kelompok-kelompok tertentu itu makin ketakutan," ungkap Anwar Adnan Saleh, mantan Gubernur Sulawesi Barat itu.

Salah Satu Spanduk Penolakan Anies Baswedan di Mamuju. (Foto/Istimewa)

Setali tiga uang, Ketua DPC Demokrat Kabupaten Mamuju, Suraidah Suhardi menilai, baliho penolakan Anies Basweda tersebut berpotensi besar merusak tatanan sosial dan politik.

"Kita boleh tidak setuju pada partai maupun figur dan pandangan tertentu. Tapi jangan dengan pola yang tidak bertanggung jawab seperti ini. Sebab ini merusak tatanan sosial dan politik kita. Apalagi kita memasuki tahun politik. Kita jangan turut menciderai diri dengan cara pandang yang tidak sehat," ucap Suraidah Suhardi dikutip dari keterangan tertulisnya.

Suraidah, politisi cantik yang Ketua DPRD Sulawesi Barat itu juga menyebut, baliho-baliho itu secara langsung bakal merusak nama baik serta eksistensi masyarakat Mamuju sendiri. Baginya, masyarakat Mamuju senantiasa menghormati setiap tamu yang akan hadir di Mamuju. 

"Terlepas dari diri saya yang juga kader partai, tentu sebagai warga Mamuju bertanya-tanya. Warga mana yang mereka wakili. Ini kan merusak basis kehormatan komunal Mamuju. Coba dilihat narasi yang dibangun. Kesannya kan orang Mamuju ikut-ikutan dalam membangun narasi kebencian pada orang-orang tertentu. Tentu ini diluar dari watak asli orang Mamuju yang senantiasa menghargai siapa pun yang akan datang ke sini (Mamuju)," urainya. 

"Semua pihak mesti mengambil peran menjaga tatanan sosial dan budaya apalagi memasuki tahun politik. Bukan hanya pada politisi yang mesti menahan diri, tetapi juga para stakeholder untuk tetap mengingatkan semua pihak agar menyadari bahwa ada ancaman kohesi jika kita tidak saling menjaga dan bergandengan tangan," pungkas Suraidah Suhardi. (*/Naf)