Pemutaran dan Workshop Film Mamuju

Tak Cuma 'Me and Movie', tapi Bagaimana Menciptakan Ekosistem Film

Wacana.info
Konfrensi Pers pemutaran dan Worshop Film Mamuju. (Foto/Manaf Harmay)

MAMUJU--Komunitas film lokal, Pitu Sinema bakal menggelar pemutaran dan workshop film di sejumlah titik di Kabupaten Mamuju. Kegiatan tersebut merupakan wujud kerja sama antara pitu sinema, dengan Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan serta LPDP lewat program dana Indonesiana.

Dana Indonesiana atau dana abadi merupakan program pemerintah pusat yang diperuntukkan bagi para budayawan atau komunitas budaya agar dapat berkembang dan meraih prestasi serta menyalurkan ekspresi. Khusus di Provinsi Sulawesi Barat, hanya Pitu Sinema yang memperoleh program tersebut.

Secara umum, pemutaran dan workshop film yang secara resmi akan dimulai pada tanggal 14 Desember 2022 ini akan menyasar generasi muda di Kabupaten Mamuju. Harapannya, para generasi muda tersebut memiliki pengetahuan terkait apa dan bagaimana film itu.

"Melalui workshop dan pemutaran film ini kami berharap akan lahir ekosistem perfilman khususnya di lingkungan sekolah, kampus dan komunitas film di Mamuju. Sebab yang kami pahami, lewat film, potensi budaya dan sosial kita dapat kita perkenalkan ke dunia luar," ucap Aswad Aco, perwakilan dari Pitu Sinema dalam konfrensi pers yang digelar di Ngalo Rock cafe, Mamuju, Minggu (11/12).

Secara teknis, kegiatan tersebut akan melibatkan para siswa tingkat SMA sederajat, mahasiswa serta dari komunitas sinematografi lokal. Selain pemutaran film produksi dari berbagai komunitas yang ada di Indonesia, workshop tentang film pun juga jadi poin penting dalam agenda tersebut.

(Foto/Pitu Sinema)

"Kami akan adakan pemutaran dan workshop film ini di tujuh titik se Kabupaten Mamuju. Titik pertama sekaligus jadi pembukaan rangkaian kegiatan ini akan digelar tanggal 14 Desember ini di wisma Malaqbi. Akan ada workshop dan pemutaran film. Kami melibatkan perwakilan dari beberapa sekolah. Kita akan berikan pemahaman soal film. Poin utamanya adalah, bagaimana lewat film ini kita bisa memperkenalkan kebudayaan kita. Untuk pemutaran dan worshop itu kita mulai di pagi hari yang pesertanya dari sekolah, mahasiswa serta komunitas film. Dilanjut ke agenda malam yakni pemutaran film yang akan kita buka secara umum," urai Progammer pemutaran dan workshop film Mamuju, Ibnu Abadi.

Paling tidak, sudah ada 15 film yang telah siap untuk diputar dalam rangkaian kegiatan workshop dan pemutaran film Mamuju tersebut. 15 film yang dimaksud merupakan hasil komunikasi Pitu Sinema dengan sejumlah film maker se-Indonesia. Ada dari Jogjakarta, Semarang, Makassar, Palu, serta daerah lainnya. 

"Ada beberapa komunitas film yang telah kami pilih untuk kami putar filmnya. Program ini akan panjang jadwalnya. Film yang akan kami putar nantinya akan disesuaikan dengan titik pemutaran, disesuaikan dengan kondisi sosial di masing-masing titik. Salah satu film yang akan kami putar di titik pertama nanti adalah film yang diproduksi film maker lokal Mamuju berjudul 'Kita Beda'," sambung Ibnu Abadi.

'Menggugat' Pemerintah Daerah

Setidaknya, ada empat poin penting yang ingin dicapai dari pelaksanaan pemutaran dan workshop film Mamuju itu. Salah satu film maker Mamuju, Ikhwan Wahid mengatakan, empat poin itu masing-masing; pendidikan film, manajemen pembuatan film, distribusi film, serta relasi.

"Film itu bukan sekadar me and film saja. Tapi jauh lebih penting adalah tentang bagaimana ekosistem film itu bisa berbentuk dengan ideal," ucap Ikhwan Wahid.

Baginya, empat poin di atas wajib untuk dipenuhi. Keempatnya merupakan bagian yang tak terpisahkan demi untuk terbentuknya ekosistem film yang baik khususnya di Mamuju, Sulawesi Barat. Ikhwan yang telah berkecimpung di dunia sinematografi sejak puluhan tahun silam itu pun menilai, ada semacam persoalan jika melihat hubungan yang terbangun antara komunitas film lokal dengan pemerintah daerah.

"Penting untuk membangun relasi. Utamanya dengan sektor pemerintahan yang menurut saya, sepertinya selama ini ada yang tak nyambung tentang penyediaan ruang bagi film maker lokal dalam penguatan eksistensinya tentang bagaimana memaksimalkan potensinya. Padahal, di sana nyata adanya tentang kontribusi positif bagi daerah lewat sebuah karya, dalam hal ini film," begitu kata Ikhwan Wahid.

(Foto/Manaf Harmay)

Berujung ke Manakarra Film Festival

Jika tak ada aral melintang, rangkaian kegiatan workshop dan pemutaran film Mamuju tersebut akan berujung pada pelaksanaan Manakarra film festival. Sadly Asis, direktur Manakarra film festival mengatakan, agenda tersebut diharapkan bisa menjadi wadah bertemunya seluruh komponen penting dalam sebuah ekosistem perfilman lokal.

"Maanakkara film festival adalah puncak dari rangkaian kegiatan ini. Setelah sebelumnya kita telah melakukan pemutaran dan workshop, kita akan menggelar festival film. Ini bukan hanya ajang screening film saja, bukan hanya ajang bagi para film maker. Manakarra film festival juga akan jadi ajang atau wadah bagi pemerintah, bagi penonton, bagi investor untuk kita bisa berkolaborasi. Dengan adanya festival, semua nanti bisa bertemu di sana. Mulai dari pembuat film, pendana film dan juga penontonnya. Nanti akan ada kolaborasi di sana," Sadly Asis menutup. (*/Naf)