‘Pembangunan Tak Melulu Soal Fisik Saja’
TINAMBUNG--Taman budaya dan museum 'boyang kaiyyang' di Buttu Ciping, Tinambung, Polman jadi penegasan tentang keberpihakan pemerintah daerah dalam hal upaya membangun spirit kebudayaan di Sulawesi Barat. Hal itu disampaikan Ketua Komisi I DPRD Sulawesi Barat, Syamsul Samad.
Didaulat sebagai salah satu pembicara utama dalam talk show bertajuk 'Banua Kaiyyang dan Benda Pusaka' di boyang kaiyyang, Kamis (11/11), Syamsul menyebut, pemerintah daerah dalam hal ini eksekutif dan legislatif tak sekadar fokus pada upaya pembangunan infrastruktur fisik semata. Membangun karakter manusia Sulawesi Barat yang disemogakan memiliki nafas kebudayaan dan kearifan yang kuat juga jadi satu hal yang terus didorong.
Talk Show Banua Kaiyyang dan Benda Pusaka. (Foto/Istimewa)
"Kalau kita bisa menganggarkan puluhan milliar untuk pembangunan fisik, kok untuk membangun karakter jiwa dan kebudayaan kita tidak bisa ?. Saya kira teman-teman di DPRD punya pemahaman yang sama akan prinsip itu," kata Syamsul Samad di forum talk show yang disiarkan secara live di sejumlah akun media sosial milik Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat itu.
Tentang keberpihakan DPRD dalam setiap upaya pengembangan pariwisata dan kebudayaan di Sulawesi Barat, Syamsul dengan tegas mengatakan, pihaknya senantiasa mendukung agenda-agenda penguatan sektor pariwisata dan kebudayaan. Taman budaya dan museum 'boyang kaiyyang' jadi bukti betapa lembaga legislatif di Sulawesi Barat punya semangat yang sama dalam hal pengembangan sektor pariwisata dan kebudayaan di provinsi ke-33 ini.
"Hari ini kita berdiri, kita berkumpul di boyang kaiyyang yang dibangun dengan anggaran kurang lebih Rp 3 Miliar. Dan masih akan kita lakukan pengembangan lagi. Ingat, ini tidak akan terbangun kalau hanya gubernurnya saja yang mau. Ini harus tegas saya sampaikan bahwa peran kami di DPRD juga jadi satu hal yang tak boleh dinafikkan," sambung Syamsul, politisi partai Demokrat itu.
Ketua Komisi I DPRD Sulbar, Syamsul Samad Menyerahkan Sertifikan Kepada Komunitas yang Terlibat dalam Pameran benda Pusaka. (Foto/Ibnu Abadi)
Hal yang tak kalah pentingnya, kata Syamsul, adalah apa dan bagaimana pemanfaatan taman budaya dan museum itu di hari-hari berikutnya. Ia tak menginginkan 'cahaya' boyang kaiyyang hanya bersinar di momentum-momentum tertentu saja. Jauh dari itu, keberadaan taman budaya dan museum itu harus memberi stimulan yang pasti dalam hal pengembangan sektor pariwisata dan kebudayaan di Sulawesi Barat.
"Tinggal ini mau dimanfaatkan dengan baik atau tidak. UPTD yang membidangi taman budaya ini sudah datang ke saya, memperhadapkan beberapa program kerjanya. Dan saya katakan, saya sendiri yang akan berkomitmen agar program yang dimaksud bisa diakomodir dalam APBD kita," pungkas Syamsul Samad.
Untuk informasi, pemerintah Provinsi Sulawesi Barat membuktikan keberpihakannya terhadap isu pariwisata dan kebudayaan lewat dukungan anggaran yang dikelola oleh dua OPD yang mengurusi sektor pariwisata dan kebudayaan; Dinas Pariwisata dan kebudayaan dan Dinas Pendidikan.
Jika dibandingkan tahun 2020, anggaran untuk dua sektor ini di tahun 2021 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan; Rp.5.592.746.645 di sektor kebudayaan, serta Rp.9.314.077.559 untuk sektor pariwisata. Bandingkan dukungan anggara untuk dua sektor itu di tahun 2020; Rp.3.747.636.650 (sektor kebudayaan) dan Rp.2.723.648.175 (sektor pariwisata).
Desain Pengembangan Sektor Pariwisata Sulbar; Majene-Karama-Balanipa-Sendana
Alam, budaya, serta apa yang menjadi buah tangan manusia merupakan platform utama pengembangan pariwisata di satu daerah. Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat, Farid Wajdi membeberkan, tiga poin utama tersebut jika telah benar-benar tersedia dan terkelola dengan baik, maka sektor pariwisata bakal memberi efek yang sangat positif bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di satu daerah.
Berbicara di forum yang sama, Farid mengurai, saat ini pihaknya sedang dalam tahap pengkajian untuk membentuk jalur pariwisata utama di Sulawesi Barat. Menjadikan Majene, Karama, Balanipa dan Sendana sebagai daerah utama dalam mewujudkan jalur utama destinasi wisata tersebut.
Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Sulbar, Farid Wajdi. (Foto/Istimewa)
"Kita lagi mengembangkan satu destinasi utama, yakni berangkat dari Kabupatens Majene. Kita branding Majene sebagai wisata budaya dan edukasi. Kita bayangkan Majene itu seperti Jogja, ada banunan peninggalan Belanda, dan kota pendidikan. Lalu ke Karama, yang akan kita dorong sebagai kampung saqbe Mandar. Yang akhirnya akan sampai ke Balanipa dengan segala platform pariwisatanya. Untuk selanjutnya berlanjut ke Sendana. Hanya ini semua sementara dalam proses pengkajian, bersama dengan teman-teman dari perguruan tinggi," urai Farid Wajdi.
Keterlibatan komunitas masyarakat yang kosen ke sektor pariwisata, kata Farid, juga jadi hal yang sifatnya wajib. Termasuk dengan bagaimana pemanfaatan teknologi informasi, serta menjadikan ekonomi kreatif tumbuh merupakan hal-hal yang mesti diwujudkan.
"Even itu sebenarnya tujuannya adalah meningkatkan kreativitas masyarakat yang berujung pada meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat. Kemudian prinsip utama lainnya adalah prinsip kolaboratif. Jika semua terbentuk dengan baik, saya kira pengembangan sektor pariwisata di Sulbar ini akan sampai pada titik yang menggembirakan," begitu kata Farid Wajdi.
Selain mendudukkan dua pembicara utama di atas, talk show tersebut juga mendaulat Ridawan Alimuddin dan Muhaimin Faisal sebagai narasumber. Masing-masing dengan prespektifnya masing-masing. (Naf/B)