Informasi Seputar Corona Mesti Dijelaskan Secara Utuh

Wacana.info
Ketua KI Sulbar, Rahmat Idrus. (Foto/Istimewa)

MAMUJU--Jumlah penderita yang terkonfirmasi terinfeksi virus corona di Inonesia kian hari terus bertambah. Hal tersebut jelas bikin publik menyimpan kekhawatiran yang cukup besar akan penyebaran virus mematikan itu.

Di sisi lain, akses informasi seputar virus corona baiknya disampaikan secara utuh oleh pemerintah. Hal itu diungkapkan Ketua Komisi Informasi (KI) provinsi Sulawesi Barat, Rahmat Idrus.

Dalam keterangannya, Rahmat meminta agar segala informasi terkait virus corona mesti dijelaskan secara terang benderang kepada publik. Pemerintah, kata Rahmat, tak elok jika sekadar membeberkan informasi tentang jumlah pasien yang terkonfirmasi positif terjangkit virus tersebut.

"Jadi bukan hanya menjelaskan tentang berapa jumlah pasien yang positif corona saja. Sebab selama ini, yang kami perhatikan, massifnya penyebaran informasi terkait virus ini hanya pada jumlah penderitanya saja," ujar Rahmat Idurs, Sabtu (14/03).

Mantan aktivis HMI itu meminta agar sosialisasi tentang pola penyebaran, hingga apa dan bagaimana langkah yang mesti dilakukan dalam mencegah virus itu, juga harus dimaksimalkan pemerintah. Koordinasi antarlembaga adalah sebuah keharusan yang menurut Rahmat, wajib untuk dimaksimalkan dalam hal sosialisasi informasi terkait virus asal Wuhan, China itu.

"Misalnya dengan memaksimalkan sosialisasi informasi kepada masyarakat tentang bagaimana cara untuk mengantisipasi penyebaran virus corona itu. Termasuk kemana masyarakat harus mengadu jika misalnya ada yang pasien yang diduga telah terjangkit virus tersebut. Rumah Sakit rujukannya dimana. Hal-hal seperti itu yang menurut kami mesti segera disosialisasikan pemerintah," terang Rahmat.

Rahmat Idrus juga berharap, sosialisasi seputar sebaran virus corona itu dilakukan tanpa menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat. Jangan sampai, kata dia, publik justru dibuat panik oleh upaya sosialisasi tersebut.

"Ini yang tak kalah pentuingnya. Jangan sampai publik dibuat panik," pungkas Rahmat Idrus. (*/Naf)