Menanti Gebrakan PWNU Sulbar yang Baru

Wacana.info
ketua Tanfidziyah PWNU Sulawesi Barat, H Adnan Nota. (Foto/Net)

MAMUJU--Konfrensi Wilayah (Konferwil) ke-III, Pengurus Wilayah (PW) Nahdatul Ulama (NU) Sulawesi Barat baru saja selesai digelar. Forum yang dipusatkan di Pondok Pesantren Ihyaul Ulum DDI, Baruga Majene itu menghasilkan sejumlah kesepakatan.

Salah satunya, terpilihnya H Adnan Nota sebagai ketua Tanfidziyah PWNU Sulawesi Barat. Serta KH Nafiz Djuaeni sebagai Rais Syuriah PWNU Sulawesi Barat.

Ada sejumlah pekerjaan besar yang mesti segera diselesaikan oleh kepengurusan NU Sulawesi Barat di periode selanjutnya di bawah komando kedua nama di atas. 

Tantangannya jelas berat, terlebih ketika melihat fakta betapa kepengurusan NU di Sulawesi Barat selama ini ibarat larut dalam tidurnya.

Lalu apa yang bisa kita harapkan dari PWNU Sulawesi Barat di lima tahun kedepan ?.

"Tentunya kader kita satukan visi dulu, kita satukan tujuan. Bagaimana membawa NU ke depan. Jadi lebih kepada konsolidasi dulu," beber H Adnan Nota kepada WACANA.Info, Rabu (17/07).

Adnan Nota menjelaskan, sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, NU sedianya punya jenjang kepengurusan yang cukup teratur. Dari Pengurus Besar (PB) hingga ke pengurus anak ranting. 

Merapikan kembali struktur kepengurusan NU di semua tingkatan itu juga jadi fokus Adnan Nota di periode kepemimpinannya di PW NU Sulawesi Barat. Kata dia, tugas tersebut juga menjadi hal yang diisyaratkan oleh pengurus PB NU saat membuka Konferwil ke-III baru-baru ini.

"Insya Allah, itu akan menjadi perhatian bagi kami untuk segera mengadakan. Bukan sekedar mengadakan saja, tapi bagaimana supaya ada pergerakan massif di bawah," terang pria yang Kakanwil Kemenag Majene itu.

Salah satu pertanyaan besar yang wajib dijawab tuntas oleh NU di Sulawesi Barat adalah bagaimana organisasi itu benar-benar bisa mewujud sebagai 'payung teduh' di tengah kian derasnya faham radikalisme di tengah masyarakat. Adnan Nota mengaku sudah punya desain gerakan untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Adnan mengurai, tak ada satu situasi apapun yang bikin NU kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Sebab, NU selalu bisa mengambil posisi tengah. 

"Bagaimana budaya jalan, tetapi ada nuansa agama di dalam, atau sebaliknya," cetus dia.

Adanan Nota optimis, segala kebiasaan dan tardisi di NU bisa kembali membumi di tengah masyarakat Sulawesi Barat. Jika beberapa poin yang telah ia paparkan di atas bisa berjalan sesuai rencana.

"Sekarang ini, masyarakat sering dibingungkan oleh pendapat-pendapat keagamaan dari para saudara kita yang beragama sama denga kita, Islam, tetapi dalam hal-hal kegiatan muamalah keseharian, terkadang agama dengan budaya itu dibenturkan, agama dengan adat dibenturkan, agama dengan negara dibenturkan. Sehingga istilah bid'ah, istilah takhayul itu sangat mudah didapatkan. Dan yang paling fatal, kata-kata kafir yang diberi sematan kepada saudara-saudara kita itu terlalu mudah. Ajaran NU ini yang ingin kita kembalikan di masyarakat, ingin kita sosialisasikan ulang," urainya.

Hal lain yang juga dianggap penting untuk segera direalisasikan, kata Adnan Nota, adalah tersedianya kantor atau sekretariat. Itu berlaku di semua tingkat kepengurusan.

Menurut Adnan Nota, dengan adanya kantor atau sekretariat, maka segala diskusi atau pembicaraan mengenai apa dan bagaimana membangun serta memperbaiki umat, dapat dengan intens dilakukan.

"Itu yang menjadi target bagi pengurus untuk mengadakan itu (kantor atau sekretariat). Karena ketika kita sudah punya tempat, maka tentu intensitas untuk kita bisa berdiskusi, itu tentu akan bisa semakin sering kita lakukan," ujarnya.

Satu hal yang juga ingin dilakukan Adnan Nota di organisasi NU Sulawesi Barat ialah mengaktifkan kembali sejumlah lembaga otonom yang ada di dalam rumah besar NU. Menurutnya, penguatan lembaga otonom tersebut adalah salah langkah penting untuk menjawab kian beratnya tantangan yang dihadapi dewasa ini.

"Insya Allah, lembaga otonom kita di NU, Insya Allah itu akan kita giatkan kembali sebagai motor penggerak Aswaja. Alhamdulillah, selama ini yang eksis hanya Ansor, Banser. Saya akui itu adik-adik begitu luar biasa. Tapi kan mereka saja tidak cukup, padahal kita punya lembaga dakwah, kita punya lembaga pendidikan, serta lembaga otonom lainnya. Ini yang akan kita giatkan kembali," pungkas H Adnan Nota. (Naf/A)