Pengungsi Silih Berganti, Bantuan Terus Mengalir

Wacana.info
Kondisi Pengungsi di Rujab Wakil Bupati Mamuju. (Foto/Manaf Harmay)

MAMUJU--Sudah dua hari terakhir, ribuan pengungsi asal Donggala-Palu singgah di Rujab Wakil Bupati Mamuju. Mereka yang sudah tak tahan lagi menetap di lokasi gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah itu menjadikan Rujab sebagai tempat singgah, sebelum melanjutkan perjalanan mereka yang sebagian besar akan menuju sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan.

Hingga, Rabu (3/10) siang, eksodus pengungsi dari Donggala-Palu datang silih berganti di Rujab yang dulunya difungsikan sebagai Rujab Bupati Mamuju itu. Di sini, mereka mendapat sejumlah pelayanan yang memang telah disiapkan oleh sejumlah relawan yang sedari kemarin telah bersiap siaga di posko.

Meski pengungsi datang silih berganti, bantuan suka rela dari berbagai macam latar belakang masyarakat Mamuju juga datang, bak air yang terus mengalir. Ada yang membawa makanan, minumanan, perlengkapan anak, perlengkapan ibu, obat-obatan, serta ragam bantuan lainnya.

Relawan Kesehatan yang Memeriksa Kondisi Kesehatan Para Pengungsi. (Foto/Manaf Harmay)

Kebanyakan dari para donatur itu tergerak untuk menyumbangkan apa yang sanggup mereka Sumbangkan, melakukan apa yang mampu mereka lakukan untuk membantu para pengungsi yang hilir mudik di Rujab Wakil Bupati Mamuju.

Mulai dari tenaga medis, relawan tanggap bencana, organisasi kepemudaan, organisasi kemahasiswaan, serta berbagai macam organisasi masyarakat lainnya secara suka rela membantu dan memfasilitasi kebutuhan para pengungsi.

"Tadi bahkan, ada ibu-ibu yang hanya membawa beberapa bungkus makanan datang ke sini. Memang, sudah tak terhitung lagi berapa masyarakat atau organisasi kemasyarakatan yang datang membantu. Macam-macam lah yang mereka bawa datang," tutur Wakil Bupati Mamuju, Irwan Pababari.

"Saya sendiri terharu, ada banyak warga Mamuju yang kelihatannya tidak layak untuk menyumbang, tapi mereka datang kodong. Luar biasa," sambung dia.

Para pengungsi yang didominasi kalangan perempuan dan anak itu benar-benar trauma dengan musibah gempa dan tsunami yang terjadi Jumat pekan lalu. Mereka pun terpaksa angkat kaki dari tanah yang sejak puluhan tahun terakhir telah mereka injak itu.

"Di tempatku itu Pak 95 Persen hancur. Sudah tidak ada lagi harapan di sana," tutur Hardim, satu dari sekian banyak pengungsi asal Palu yang sedang dalam perjalanan menuju kampung halamannya di kabupaten Sidrap.

Gempa dan tsunami yang terjadi di Donggala-Palu tersebut benar-benar memberi hikmah tersendiri di tengah masyarakat, di Mamuju khususnya. Meski dampak gempa itu tak begitu signifikan di ibu kota Sulawesi Barat ini, tapi semangat untuk ikut merasakan penderitaan para korban yang dibuktikan dengan derasnya bantuan warga Mamuju itu, membuktikan bahwa publik benar-benar meneteskan air matanya melihat penderitaan saudara-saudaranya dari arah utara tersebut.

"Panggilan ini adalah panggilan kemanusiaan. Kami terpanggil untuk membantu saudara-saudara kami yang tertimpa musibah," kata wakil ketua PC Ansor Mamuju, Ikhwan Wahid.

Hingga tulisan ini dibuat, pergerakan pengungsi dari arah Donggala-Palu masih terus terjadi. Kondisi Rujab pun hingga detik ini masih dipadati oleh beragam aktivitas pengungsi. Sementara di satu sisi Rujab, aktivitas pemeriksaan kesehatan dilakoni oleh para relawan kesehatan yang secara suka rela membantu untuk memenuhi kebutuhan kesehatan para pengungsi.

"Jika kami tidak sempat untuk secara langsung membantu para korban gempa di Donggala dan Palu, minimal kami melakukan apa yang bisa kami lakukan untuk para pengungsi yang ada di Mamuju," urai Subhi Maulana, koordinator Karema Community, komunitas anak muda yang mendistribusikan kebutuhan makanan bagi para pengungsi yang stay di Rujab.

Relawan dari Ansor Banser Mamuju Bekerja Membantu Pengngsi. (Foto/Istimewa)

Gempa disusul tsunami yang melulu lantakkan sebagian wajah kota Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah Jumat pekan kemarin menyisakan duka mendalam di benak seantero Indonesia, dunia bahkan. Ribuan nyawa melayang akibat musibah itu, yang luka tentu lebih banyak lagi.

Sudah ada beberapa negara yang dengan tulus menawarkan bantuannya ke Indonesia. Itu demi membantu pemulihan kondisi Palu dan Donggala pasca musibah.

Semua sepakat, tak ada yang menginginkan bencana terjadi. Apalagi sampai peristiwa itu menelan korban hinga ribuan jiwa. Tapi, musibah yang terjadi saat sebagian warga sedang melaksanakan sholat maghib di Palu dan Donggala itu faktanya jadi pemicu semua lapisan masyarakat, dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda-beda untuk ikut memberi empati kepada para korban.

Semua larut dalam duka yang sama. Berusaha sekuat tenaga untuk meringankan beban para korban bencana. Percayalah, kecil besarnya, sedikit banyaknya bantuan yang kita berikan, itu akan sangat berarti bagi mereka korban bencana di Palu dan Danggala.

Di kota Mamuju misalnya, gerakan untuk berbuat bagi korban bencana benar-benar massif dilakukan. Hampir di setiap ruas jalan di 'Bumi Manakarra' ini dipenuhi oleh aksi penggalangan dana yang diinisiasi oleh beragam organisasi kemasyarakatan. Semua dilakukan demi satu tujuan, membantu meringankan penderitaan korban gempa dan tsunami.

__


Kebaikan, jika diumbar memang berpotensi untuk menghapus nilai pahala yang dikandungnya. Tapi jika dengan diumbarnya kebaikan itu, lantas ada satu atau dua orang yang tergerak untuk melakukan hal yang sama, maka yakin lah, pahala di dalamnya bakal berlipat ganda.

Wassalam