Kasihan... Sudah Hidrosefalus, Gizi Buruk Pula

Wacana.info
Cahya Wulandari Hanya Bisa Berbaring di RSUD Mamuju Didampingi Kedua Orang Tuanya dan Relawan APPK Sulbar. (Foto/Manaf Harmay)

MAMUJU--Malang nian nasib Cahya Wulandari. Bayi berumur 1 tahun 2 bulan itu mesti terbaring lemah di RSUD Mamuju. Hidrosefalus membuat ukuran kepala bayi malang itu terlihat membesar.

Kondisi Cahya Wulandari kian parah setelah belakangan diketahui, buah hati dari pasangan Sudirman dan Hasmirah tersebut juga teridikasi mengalami gizi buruk. Hasmirah, pun membeberkan kisah pilu yang diderita buah hatinya itu kepada WACANA.Info.

Tak ada yang aneh dari proses kelahiran Cahya Wulandari. Setidaknya ia berumur 3 bulan, semuanya masih tampak normal.

"Pernah memang jatuh ini anakku Pak. Nanti dari situ kira-kira umur 3 bulan, baru saya perhatikan tambah besar ukuran kepalanya," ujar Hasmirah saat ditemui di RSUD Mamuju, Sabtu (21/07) siang.

Sempat dirawat di RSUD Mamuju kala itu, pemerintah kabupaten Mamuju pun membantu membiayai proses operasi Cahya Wulandari di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Hasmirah mengaku, hingga proses operasinya telah selesai, kondisi bayi malang tersebut berangsung membaik.

"Sudah dioperasi di Makassar, bulan Maret lalu Pak. Setelah itu memang ukuran kepalaya mulai mengecil," tutur perempuan berhijab itu.

Sepulang dari Makassar, proses penyembuhan Cahya Wulandari memang menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan. Namun, sejak saat itu, bayi malang tersebut mulai ogah makan. Hampir Tak ada nutrisi yang diberikan oleh kedua orang tua Cahya Wulandari pasca operasi.

"Malas sekali makan Pak. Makanya saya lihat ini kurus sekali badannya kasihan. Sejak sudah dioperasi itu, malas sekali makan," tutur Hasmirah, perempuan yang sehari-harinya beraktivitas sebagai tenaga kontrak di kantor Bupati Mamuju itu.

Pihak RSUD Mamuju telah menyarankan kepada Hasmirah untuk segera merujuk bayi malang itu ke Makassar untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Namun, lagi-lagi karena persoalan biaya, Hasmirah yang tinggal tak jauh dari Rujab Bupati Mamuju 'Sapota' itu kini hanya bisa berpasrah.

"Na bilang dokter, ini harusnya dirujuk ke Makassar Pak. Tapi karena tidak ada biaya, jadi saya fikir buar mi dulu dirawat di sini (RSUD Mamuju)," ungkapnya.

Sementara itu, relawan Aliansi Pemuda Peduli Kemanusiaan (APPK) Sulawesi Barat, Ansari Irianto mengatakan, pihaknya memang telah lama melakukan pendampingan terhadap proses pengobatan bayi malang tersebut. Saat menjalani proses operasi di Makassar beberapa bulan lalu, APPK turut mendampingi pihak keluarga Cahya Wulandari selama di ibu kota provinsi Sulawesi Selatan itu.

"Waktu operasi di Makassar, memang mendapat bantuan dari Pemkab Mamuju. Kami juga dampingi selama proses pengobatan di sana. Kami siapkan rumah singgah dan lain sebagainya," ujar Ansari.

Untuk tindak lanjut dari kondisi kesehatan Cahya Wulandari saat ini, Ansari mengaku sedang berkoordinasi dengan sejumlah pihak. Setidaknya dengan mencoba meminta donasi dari berbagai pihak untuk membantu biaya pengobatan Cahya Wulandari.

"Sebenarnya ini, sudah harus di rujuk ke Makassar. Tapi karena persoalan biaya, jadi kita tunda dulu. Sekarang kita buka pintu donasi kepada siapa saja yang mau membantu biaya pengobatan bayi ini. Nanti kalau sudah dirujuk, kami akan dampingi kembali dengan menyiapkan rumah singgah di Makassar, atau dengan mendampingi keluarga bayi ini selama di rumah sakit," begitu kata Ansari. (Naf/A)