Fenomena Kotak Kosong Bukan Memperhadapkan Antara ‘Hidup‘ dan ‘Mati‘

Wacana.info
Ilustrasi. (Foto/Infonitas.com)

MAMASA--Adalah hal yang hampir pasti bahwa di Pemilukada Mamasa pasangan Ramlan Badawi-Marthinus Tiranda bakal berhadapan 'kotak kosong'. Itu setelah kompetitornya duet Obed-Benyamin tak lolos di proses pendaftaran pasangan calon di KPU.

Banyak yang menganggap, fenomena kotak kosong di Pemilukada Mamasa tersebut merupakan kemunduran dari sebuah proses demokrasi. 

Di sisi lain, tak sedikit juga yang berkesimpulan bahwa Ramlan-Marthinus terbukti mampu meyakinkan mayoritas partai politik yang pada akhirnya memberi restu atas pencalonan duet Ketua DPC Demokrat dan Ketua DPC PKB Mamasa itu.

Dilihat dari prespektif yang lebih jauh, fenomena kotak kosong di Pemilukada Mamasa tak mesti diterjemahkan sebagai pertarungan antara Ramlan Badawi-Marthinus Tiranda vs kotak kosong itu sendiri.

Direktur Eksekutif Esensi Sulawesi Barat, Nur Salim Ismail menganggap, kotak munculnya kotak kosong merupakan muara dari sebuah mekanisme dan regulasi politik yang telah pakem ditetapkan oleh pemerintah. 

Yang jauh lebih penting, menurut Nur Salim, bagaimana demokrasi itu sendiri cukup kuat untuk mendorong sebuah agenda besar berlabel kemanusiaan.

"Demokrasi tidak pernah lepas dari idealisme menghadirkan agenda kemanusiaan. Hadirnya kotak kosng di Pilkada 2018 bukan berarti memperhadapkan 'yang hidup' dan 'yang mati'," kata Nur Salim via pesan singkat, Kamis (18/01).

Seperti diberitakan, satu-satunya kompetitor Ramlan-Marthinus di Pemilukada Mamasa, Obed-Benyamin dipastikan terganjal pada proses pendaftaran di KPU. Keduanya dianggap tak bersyarat untuk mengikuti pesta demokrasi lima tahunan itu.

Jika 12 Februari mendatang, KPU menetapkan Ramlan-Obed sebagai pasangan calon peserta Pemilukada Mamasa, maka keduanya pun dipastikan bakal melawan kotak kosong itu sendiri.

"Rakyat harus diberi edukasi politik yang tetap konsisten pada garis kemanusiaan," begitu kata Nur Salim Ismail. (Naf/A)