Jelang Momentum Politik, Lukman Hakim: Agama Jangan Dipolitisir
MAMUJU--Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin berpesan agar seluruh masyarakat yang ada di Sulawesi Barat dapat menempatkan perbedaan keyakinan sebagai berkah bagi seluruh kepentingan yang ada. Termasuk kepentingan politik jelang Pemilukada serentak 2018 dan Pemilu 2019.
Ia menegaskan, agama tak boleh dijadikan alat untuk memuluskan kepentingan politik tertentu.
"Bagaimanapun juga masyarakat kita ini masyarakat yang majemuk, sangat beragam. Karenanya, jangan sampai di Pilkada, Pileg dan Pilpres itu lalu kemudian memecah persaudaraan kita. Meski pun kita berbeda agama dan keyakinan, itu tidak harus membuat kita kemudian saling menafikkan antara satu dengan yang lainnya, merendahkan, bahkan meniadakan sesama kita yang hakekatnya saling bersaudara ini," sebut Lukman yang ditemui seusai menghadiri festival budaya islami di Anjungan Pantai Manakarra Mamuju, Selasa (25/07).
Di Sulawesi Barat sendiri, 2018 mendatang akan digelar dua Pemilukada serentak. Kabupaten Polman dan Mamasa akan melaksanakan Pemilukada untuk memilih pemimpin di daerah masing-masing untuk masa periode selanjutnya.
Khusus di Mamasa, seperti yang sempat diberitakan sebelumnya, suhu politik di 'Bumi Kondosapata' itu kini terus memanas. Bahkan, kabarnya, isu suku, agama ras dan antar golongan (Sara) mulai gencar dilempar hanya demi kepentingan politik tertentu.
"Pesan-pesan kebaikan tentang keberagaman kita itu yang harus terus didengungkan. Pesan saya ialah, bagaimana kita semua agar agama itu lebih difokuskan pada sisi-sisi yang lebih substantif, ke arah yang lebih esensial. Semua agama bicara pada upaya memanusiakan manusia. Sebenarnya tidak ada konflik agama, karena tidak mungkin agama digunakan untuk saling merendahkan, atau bahkan saling meniadakan satu dengan yang lainnya. Kalau lah itu terjadi, agama hanya dipakai sebagai alat saja, alat untuk melegitimasi kepentingan mereka yang melakukan politik praktis," urai Lukman Hakim.
"Agama jangan dipolitisir. Mari kedepankan agama pada sisi substansinya. Jangan hanya pada sisi luarnya saja, karena memang pada dasarnya kita diciptakan dalam kondisi yang berbeda-beda," simpul Lukman Hakim Saifuddin. (Naf/A)