Usai Sudah Manakarra Local Wisdom, Ini Kata Irwan Pababari

Wacana.info
Penutupan Manakarra Local Wisdom. (Foto/Humas Pemkab Mamuju)

MAMUJU--3 hari sudah gelaran Manakarra Local Wisdom dihelat. Akhirnya, Jumat (14/07) malam, Wakil Bupati Mamuju, Irwan Pababari resmi menutup even rangkaian HUT Mamuju ke-477 tersebut.

Manakarra Local Wisdom merupakan even yang sengaja digelar sebagai upaya nata dalam mempertahankan kearifan lokal Mamuju. Lewat aneka permainan tradisional atau pertunjukan seni di panggung Manakarra Local Wisdom, diharapkan mampu menguatkan komitmen publik akan pentingnya upaya untuk mempertahankan kebudayan asli Mamuju tersebut.

"Faktor penyebab punahnya kearifan lokal di masyarakat diantaranya kearifan lokal itu sendiri yang tidak sesuai dengan pola fikir maju bahkan cenderung merugikan. Sebut saja salah satu contoh di Mamuju di era 70-an pernah populer sebuah tradisi atau permainan sibinti,  yakni permainan yang biasanya dimainkan kaum laki-laki dua orang atau lebih, dimana masing-masing akan saling menendang kaki lawan secara bergantian hingga salah satunya menyerah kalah karena kesakitan. Tradisi ini tentu tidak baik untuk dipertahankan karena selain mengandung unsur kekerasan, permainan ini cenderung tidak bermanfaat bahkan tidak jarang memicu permusuhan. Tradisi atau permainan semacam ini meski tidak lantas harus dilupakan, namun hendaknya tidak perlu dimainkan lagi," urai Irwan di sela-sela penutupan Manakarra Local Wisdom di kompleks rumah adat Mamuju.

Tak hanya itu, faktor lain dari punahnya sebuah kearifan lokal di mata Irwan yakni gempuran kemajuan teknologi informasi. Parahnya, ia hadir filter hingga keinginan generasi muda untuk melestarikan sebuah tradisi mulaui memudar. 

"Kita di Mamuju tentu tidak ingin dicap sebagai generasi yang tidak mampu melestarikan kearifan lokal. Kita semua tidak ingin jika tradisi-tradisi yang menjadikan kita berbeda dengan yang lain itu punah," sambungnya menjelaskan.

Mantan Wakil Ketua DPRD Mamuju itu juga menyebut, tradisi penggunaan bahasa daerah kini mulai jarang ditemui di tengah masyarakat. Padahal, menurutnya, menggunakan bahasa daerah juga tak kalah penting untuk tetap dilestarikan.

"Saat ini juga telah sangat jarang anak-anak kita yang tahu dan faham artikulasi bahasa daerah Mamuju. Padahal harusnya ini menjadi kekayaan dan kebanggaan kita. Jika ini dibiarkan, bahasa Mamuju bisa saja menjadi penambah dari 139 bahasa daerah di Indonesia yang terancam punah atau bahkan menjadi bahasa ke 16 yang telah benar-benar hilang di bumi nusantara," cetusnya.

Ditempat yang sama, Ketua DPRD Mamuju, Suraidah Suhardi menyebut, cikal bakal untuk menjadi seorang pemimpin ialah dengan tetap memegang teguh kebudayaan. (*/Naf)